PT Equityworld Futures Medan-Harga emas semakin anjlok. Pada perdagangan Jumat (16/9/2022) pukul 06:28 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.662,17 per troy ons. Harga emas melemah 0,09%. Emas melanjutkan kemerosotan nyaris 2% pada perdagangan Kamis.
Harga tersebut adalah yang terendah sejak 20 April 2020 atau 48 bulan terakhir atau dua tahun terakhir. Pelemahan hari ini memperpanjang tren negatif sang logam mulia. Sejak Selasa pekan lalu, harga emas terus melandai. Dalam sepekan, harga emas sudah anjlok 3,13% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas masih amblas 6,38% sementara dalam setahun anjlok 5,21%. Analis dari Kitco Metals Jim Wyckoff mengatakan emas ambruk karena dihadang begitu banyak sentime negatif mulai dari data inflasi Amerika Serikat (AS) yang di atas ekspektasi, kembali menguatnya dolar AS, meningkatnya yield surat utang pemerintah AS, hingga ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed). "Penguatan dolar AS, kenaikan yield surat utang AS dan data inflasi membuat emas ambruk. Investor pun memilih untuk menghindar dan memilih menunggu," tutur Wyckoff, kepada Reuters. Yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun kemarin menembus 3,46%, yang merupakan posisi tertingginya sejak 14 Juni 2022 atau tiga bulan terakhir. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,07% ke 109,74. Inflasi AS mencapai 8,3% (year on year/yoy) pada Agustus 2022. Inflasi memang melandai dibandingkan Juli (8,5%) tetapi di atas ekspektasi pasar (8,1%). Baca: Menguat Sih Tapi Belum Impas, Emas Masih Amblas 4,6% Sebulan Inflasi di atas ekspektasi inilah yang kemudian membuat pasar mulai bertaruh jika The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75-100 bps pada pekan depan. Kenaikan suku bunga acuan akan melambungkan emas dan meningkatkan yield surat utang AS. Dua hal ini membuat emas dijauhi karena emas semakin mahal dan kurang menarik mengingat emas tidak menawarkan imbal hasil. "Faktor utama dari tergerusnya emas adalah yield surat utang. Trader mungkin akan memilih menjual emas hingga Oktober karena kenaikan suku bunga yang besar. Emas semakin tertekan," tutur Daniel Pavilonis, analis dari RJO Futures Sumber : cnbcindonesia.com PT Equityworld Medan Equity world Medan Lowongan Kerja Terbaru 2020 Loker EWF Medan
0 Comments
PT Equityworld Futures Medan-Harga kripto utama cenderung bervariasi pada perdagangan Selasa (13/9/2022), jelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) dan proses migrasi Ethereum Merge.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:30 WIB, Bitcoin menguat 1,63% ke posisi harga US$ 22.172,53/koin atau setara dengan Rp 329.483.796/koin (asumsi kurs Rp 14.860/US$). Namun untuk Ethereum ambles 2,74% ke posisi US$ 1.694,87/koin atau Rp 25.185.768/koin. Berikut pergerakan 10 kripto utama pada hari ini. Bitcoin bertahan di kisaran US$ 22.000 pada hari ini. Namun untuk Ethereum cenderung terkoreksi jelang proses migrasi yang disebut Ethereum Merge atau The Merge. Kenaikan Bitcoin ditopang oleh perilisan data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Agustus 2022 yang akan dirilis pada malam hari ini waktu Indonesia. Data inflasi Negeri Paman Sam dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode bulan lalu diprediksi kembali melandai menjadi 8,1% (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Juli 2022 sebesar 8,5% yoy. Jika inflasi Negeri Paman Sam pada bulan lalu kembali melandai, maka hal tersebut dapat menjadi alasan untuk bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mempertimbangkan kembali sikap hawkish-nya. Namun, The Fed telah menegaskan dalam beberapa pekan terakhir bahwa mereka akan terus menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi, meski inflasi mulai melandai. Bahkan kenaikan suku bunga tetap akan dilakukan meski berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi AS. Meski Bitcoin mendapat dorongan dari sentimen inflasi AS. Tetapi di Ethereum terpantau terkoreksi. Padahal tinggal dua hari lagi proses migrasi The Merge dilakukan, jika sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. The Merge direncanakan akan meluncur pada 15 September dan akan menjadi momen bersejarah. Sebab, Ethereum berencana mengubah algoritma konsensusnya dari Proof-of-Work (PoW) menjadi Proof-of-Stake (PoS) dan digadang-gadang bisa menaikkan harga Ethereum dan altcoin lainnya. Sistem baru, yang dikenal sebagai PoS atau kosep yang menyatakan seseorang dapat menambang atau memvalidasi transaksi sesuai jumlah koin yang dipegang, akan memangkas konsumsi energi blockchain Ethereum hingga 99,9%. Seperti yang diketahui, sebagian besar blockchain, termasuk Bitcoin, menghabiskan energi dalam jumlah besar, memicu kritik dari beberapa investor dan pencinta lingkungan. Ethereum Foundation, sebuah organisasi nirlaba terkemuka, mengatakan peningkatan tersebut akan membuka jalan bagi pembaruan blockchain lebih lanjut yang akan memfasilitasi transaksi yang lebih murah. Biaya tinggi dan waktu transaksi yang lambat saat ini merupakan dua masalah utama yang dimiliki pengguna dengan jaringan Ethereum. Pendukung Ethereum mengatakan The Merge adalah momen monumental untuk sektor kripto senilai US$ 1 triliun. Para pendukung percaya bahwa The Merge akan membuat Ethereum lebih menguntungkan dibandingkan dengan Bitcoin, yang merupakan saingan beratnya dalam hal harga dan kegunaan. Itu bisa membuat aplikasi Ethereum menjadi lebih banyak digunakan. Investor bertaruh perubahan akan signifikan untuk harga Ethereum, yang telah naik lebih dari 50% sejak akhir Juni, dibandingkan dengan sedikit kerugian untuk Bitcoin. Sumber : cnbcindonesia.com PT Equityworld Medan Equity world Medan Lowongan Kerja Terbaru 2020 Loker EWF Medan PT Equityworld Futures Medan- Harga kripto utama terpantau menguat pada perdagangan Kamis (8/9/2022), di tengah cerahnya pasar saham global.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:00 WIB, Bitcoin melesat 2,09% ke posisi harga US$ 19.208,08/koin atau setara dengan Rp 286.200.392/koin (asumsi kurs Rp 14.900/US$). Sedangkan untuk Ethereum melonjak 5,79% ke posisi US$ 1.619,58/koin atau Rp 24.131.742/koin. Berikut pergerakan 10 kripto utama pada hari ini. Bitcoin menguat ke kisaran US$ 19.000, setelah sehari sebelumnya sempat terkoreksi ke kisaran US$ 18.000. Tak hanya Bitcoin saja, Ethereum yang sebelumnya sempat terkoreksi ke kisaran US$ 1.500 pada perdagangan kemarin, pada hari ini menguat ke kisaran US$ 1.600. Bitcoin dan Ethereum beserta kripto lainnya kembali bangkit di tengah cerahnya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin. Asal tahu saja, kripto dan bursa saham AS, terutama indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite telah berkorelasi sejak awal tahun ini, sehingga pergerakan kripto terkadang juga dipengaruhi oleh kedua indeks saham utama Wall Street tersebut. Penguatan indeks saham Wall Street menyusul pelemahan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun. Yield Treasury tenor 10 tahun terpantau melemah 3 basis poin (bp) menjadi 3,31%, setelah sempat menyentuh posisi tertingginya sejak pertengahan Juni 2022 di 3,35%. Treasury tenor 10 tahun merupakan aset pendapatan tetap yang dikenal paling aman sehingga sering disebut sebagai risk free. Ketika risk free rate naik, wajar jika saham dan kripto yang lebih berisiko dilepas para investor dan mengalami koreksi harga. Setidaknya itulah yang terjadi belakangan ini. Kenaikan risk free rate dipicu oleh arah kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang masih bernada hawkish. Pelaku pasar mengantisipasi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bp pada pertemuan September ini. Asal tahu saja, The Fed sudah mengerek naik suku bunga acuannya sebanyak 4 kali menjadi 2,25% sepanjang tahun ini. Di bulan Juni dan Juli, The Fed menaikkan Federal Funds Rate (FFR) masing-masing sebesar 75 bp dan menjadi pengetatan moneter sejak tahun 1990-an. Selain berdampak pada kenaikan yield Treasury, kenaikan suku bunga yang agresif juga membuat indeks dolar AS menguat dan tembus 110. Penguatan indeks dolar AS menelan korban yaitu mata uang lain termasuk mata uang negara maju seperti Euro dan Poundsterling. Bahkan belum lama ini, Poundsterlling melemah ke posisi terendahnya sejak tahun 1985. The Fed yang masih akan agresif dalam mengerek suku bunga acuan diprediksi akan membuat ekonomi AS terdampak. Pertumbuhan ekonominya diramal bakal melambat bahkan sampai resesi. Namun The Fed masih 'kekeuh' bahwa inflasi tampaknya belum mencapai puncak sehingga kebijakan moneter yang restriktif masih akan ditempuh. Di lain sisi menurut analis pasar senior dari Oanda, Craig Erlam, investor di kripto masih perlu waspada terhadap risiko pasar di global meski pada hari ini harga kripto mengalami penguatan. "Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita bisa melihat spiral lain, seperti yang sering kita alami di masa lalu, jika Bitcoin menembus posisi terendah musim panas di kisaran US$ 17.500 untuk diperdagangkan pada level akhir 2020," kata Erlam kepada CoinDesk. Sementara itu menurut vice president bursa kripto Luno, Vijay Ayyar, kondisi makroekonomi global yang masih belum menentu membuat kripto menguat masih cenderung terbatas. "Lingkungan makro juga terus terbukti sulit dengan dolar AS terus naik ke level tertinggi. Ini berdampak pada semua aset berisiko seperti yang bisa kita lihat," kata Vijay Ayyar kepada CNBC International. "Jika kita melihat dolar mulai bergerak turun, maka kita seharusnya bisa melihat aset berisiko seperti Bitcoin kembali naik," tambah Ayyar Sumber : cnbcindonesia.com PT Equityworld Medan Equity world Medan Lowongan Kerja Terbaru 2020 Loker EWF Medan PT Equityworld Futures Medan- Harga emas langsung melemah pada awal pekan ini. Pada perdagangan Senin (5/9/2022) pukul 06:28 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.708,95 per troy ons. Turun 0,15%.
Pelemahan tersebut menghapus kinerja positif emas yang sempat menguat cukup besar pada akhir pekan lalu. Pada perdagangan Jumat (2/9/2022), harga emas menguat 0,9% ke posisi US$ 1.711,44 per troy ons. Dalam sepekan, harga emas sudah jatuh 1,7% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas sudah amblas 3,7% sementara dalam setahun anjlok 6,3%. Analis dari Capital.com Piero Cingari mengatakan penguatan emas yang hanya berlangsung dalam singkat pada Jumat kemarin menunjukkan faktor penopang pergerakan emas tidak cukup kuat. Data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang sesuai ekspektasi pasar memang menopang emas. Dolar AS juga sempat melemah sehingga memberi ruang emas untuk menguat. Namun, faktor utama penggerak emas yakni suku bunga belum sirna. Bank sentral AS The Federal Reserve (the Fed) masih akan menaikkan suku bunga sehingga emas pun kembali loyo. "Dolar AS yang melemah sempat mendukung penguatan emas. Namun, ini tidak akan mengubah tren pergerakan emas ke depan yang masih melemah. Bagaimanapun suku bunga masih berpengaruh" tutur Cingari, kepada Reuters. Seperti diketahui, emas sempat menguat pada Jumat begitu data tenaga kerja AS keluar. AS mengumumkan jumlah lapangan kerja yang tercipta pada Agustus mencapai 315.000. Sedikit di atas perkiraan pasar yakni 300.000. Tingkat pengangguran di AS naik tipis menjadi 3,7% pada Agustus, dari 3,5% pada Juli. "Data tenaga kerja AS sangat dekat dengan ekspektasi pasar. Pelaku pasar menganggap itu sebagai kondisi ideal. Data tersebut tidak menunjukkan adanya pelemahan ekonomi tetapi tak cukup kuat untuk menahan kebijakan agresif the Fed," tutur Jim Wyckoff, analis dari Kitco Metals Sumber : cnbcindonesia.com PT Equityworld Medan Equity world Medan Lowongan Kerja Terbaru 2020 Loker EWF Medan |
Archives
July 2021
Categories |