Equity World Medan - Bank Indonesia ( BI) memandang penting penggunaan big data untuk kebutuhan sumber data. Hal ini sejalan dengan transformasi bank sentral untuk mendorong pemanfaatan teknologi dan pendekatan mutakhir untuk mencapai visi dan misinya.
Big data adalah kumpulan data di mana ukuran, keragaman dan kompleksitasnya membutuhkan teknik dan algoritma analitik tertentu untuk mengelola, mengambil manfaat dan pengetahuan yang tersembunyi di dalamnya. Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Yati Kurniati mengatakan, big data diperlukan karena terdapat beberapa kebutuhan data yang tidak dapat dipenuhi secara cepat dengan menggunakan sumber data dan metode konvensional. (Baca: Boediono: Penggunaan "Big Data" Penting dalam Pembuatan Kebijakan) "Big data adalah salah satu sumber data untuk statistik. Untuk data primer berasal dari laporan bank dan non bank, serta survei, sedangkan data sekunder berasal dari eksternal seperti data administratif, berita dan sosial media, fintech dan ecommerce, portal online, internet search data, satelit images dan mobile location," jelas Yati di Jakarta, Senin (7/8/2017). Area pemanfaatan big data dilakukan pada perilaku pasar dan investor, analisis jaringan, persepsi publik, dan data lag. "Big data diharapkan dapat memperkuat proses pengambilan keputusan di sektor moneter, stabilitas sistem keuangan dan sistem pembayaran-peredaran uang Rupiah (SP-PUR) melalui peningkatan kualitas data dan analisis," jelas Yati. Adapun inisiatif pemanfaatan big data telah dilakukan BI sejak 2014 melalui pengembangan sejumlah proyek big data yang beberapa hasilnya telah digunakan dalam proses perumusan kebijakan BI. "Ke depan, hasil big data yang sudah teruji di BI diharapkan dapat dimanfaatkan secara luas oleh publik sebagai pelengkap indikator ekonomi dan keuangan," tutur Yati. Saat ini sudah ada beberapa pilot project BI yang dilakukan dengan memanfaatkan big data. Misalnya proksi indikator ketenagakerjaan, proksi indikator pasar properti, prioritisasi risiko sistemik, pemetaan perilaku dan proyeksi aliran dana asing di pasar surat berharga negara (SBN). Sumber: Kompas.com PT. Equityworld Futures EWF Medan
0 Comments
Equity World Medan - Krisis uang menghantam Libya, negara di Afrika Utara yang terkoyak akibat perang. Banyak warga terpaksa harus antri berhari-hari untuk bisa menarik uang dari tabungannya.
Untungnya, ada sistem elektronik yang dibuat untuk mengatasi keadaan tersebut, yakni saat uang kas sangat langka. Fayez Fadlallah, 35 tahun, menggunakan aplikasi dari ponselnya untuk membayar satu troli penuh sayuran di supermarket besar di Benghazi. "Saat ini saya tidak memiliki waktu antri berhari-hari di bank untuk menarik uang. Uang virtual menyelesaikan masalah tersebut," kata dia, seperti dikutip dari AFP. Seperti diketahui, Libya merupakan negara penuh dengan tahun-tahun kekerasan dan kekacauan politik sejak 2011 semenjak NATO membunuh diktaktor Moamer Kadhafi. Institusi Libya masuk dalam zona krisis semenjak itu, termasuk bank sentral Libya. (Baca: Libya Pompa Lebih Banyak, Harga Minyak Turun) Kemudian semenjak 2014, Libya terbelah dua, di barat dan timur. Hasil krisis ini memicu inflasi, banyak orang antri berhari-hari untuk menguangkan gajinya. Sebagai respon atas hal itu, pihak bank merilis aplikasi uang virtual. Di Benghazi, Bank Perdagangan dan Pembangunan Libya, serta Wahda Bank merilis aplikasi Edfali dan MobiCash. Aplikasi dompet elektronik ini membantu nasabahnya mengakses pembelian barang-barang, membayar restoran, mengakses obat-obatan dan rumah sakit. Kendala Namun, tidak semua warga bergembira dengan berlakunya aplikasi ini. Sebab, sistem uang virtual tersebut kadang tak berfungsi. Sehingga, masih banyak pekerja yang memilih antri di bank untuk menguangkan gajinya ketimbang menggunakan uang virtual. Juru bicara Wahda Bank, al-Motassem al-Fitouri mengatakan, transaksi melalui MobiCash sangat aman. "Bahkan tidak perlu ponsel pintar untuk menjalankan transaksi ini, merchant juga tidak perlu punya mesin point of sale (POS)," kata dia. Perbankan sadar bahwa sistem pembayaran virtual ini rentan. Bank Perdagangan dan Pembangunan Libya bahkan mengimbau nasabahnya untuk melaporkan adanya kenaikan harga pada pembayaran melalui Edfali. Adanya ketidakpastian kenaikan harga membuat para pebisnis yang semula senang dengan adanya layanan ini, kemudian memilih meninggalkan Edfali. "Bank tidak menghormati komitmen," kata Salah al-Agouri, pebisnis yang kliennya membayar dirinya menggunakan Edfali. "Dulu bank meyakinkan kami bisa menarik 25 persen dari nilai penjualan melalui layanan ini. Tetapi ternyata tidak bisa," lanjutnya. Sumber: Kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan Equity World Medan - Beredar pesan singkat berisi imbauan untuk tak mengisi ulang saldo uang elektronik di gerbang tol Pondok Ranji.
Seorang pengendara mengaku isi ulang saldo kartu e-toll senilai Rp 200.000, namun saat transaksi, saldo di kartunya tinggal beberapa puluh ribu rupiah. Kompas.com pun meminta penjelasan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk selaku penerbit uang elektronik untuk transaksi di gerbang tol. Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas mengaku pihaknya siap membantu pihak pengelola jalan tol untuk menyelidiki kasus ini. "Kami akan siap membantu pihak Jasa Marga meneliti rekam data top kartu e-money," kata Rohan kepada Kompas.com, Jumat (4/8/2017). Sang pengendara sempat ke Alfamart untuk mengecek saldo kartu e-toll dan didapati tidak ada transaksi isi ulang Rp 200.000. Merasa ditipu, pengendara itu kembali ke gerbang tol Pondok Ranji untuk menanyakan soal isi ulang saldo e-toll yang diduga tidak sesuai. Pengendara ini juga menemui seorang pimpinan di sana bernama Firman dan ditawarkan melihat rekaman kamera CCTV. Dari rekaman tersebut, dugaan pengendara itu tentang petugas tol yang menipu saat isi ulang kartu e-toll semakin menguat. Sumber: Kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan Equity World Medan - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) ditutup melemah di akhir perdagangan Kamis (3/8/2017). Melemahnya indeks terjadi seiring dengan memerahnya sebagian besar bursa di kawasan Asia Pasifik.
Investor asing memilih melepas saham hingga mencatatkan net sell. Kondisi ini membuat saham-saham blue chip berakhir memerah. Lainnya, saham-saham sektor pertambangan juga terkena aksi jual setelah dalam beberapa hari ini menjadi incaran investor. Aksi jual investor di lantai BEI mengikuti langkah pemodal di bursa regional yang melakukan profit taking, meskipun indeks Dow Jones menyentuh rekor baru di level psikologis 22.000. Puykul 16.00 IHSG ditutup turun sebesar 43,67 poin atau 0,75 persen di posisi 5.780,57. Sebanyak 137 saham diperdagangkan menguat, 204 saham melemah dan 119 saham stagnan. Volume perdagangan mencapai 6,28 miliar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp 5,39 triliun. Sementara itu, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 305,06 miliar di seluruh pasar dan sebesar Rp 322,85 miliar di pasar reguler. Saham-saham yang membebani pergerakan indeks meiputi ASII (Rp 7.775), BBRI (Rp 14.850), TLKM (Rp 4.700), BMRI (Rp 13.125), BBCA (Rp 18.750) dan UNVR (Rp 47.700). Sementara itu saham-saham yang menahan indeks yakni LPPF (Rp 10.950). Dari 10 indeks sektoral, hanya ada dua sektor yang menguat dan selebihnya melemah. Sektor-sektor yang menguat yakni agribisnis (0,3 persen) dan properti (0,17 persen). Sementara itu, sektor-sektor yang melemah meliputi konsumer (-0,58 persen), pertambangan (-2,52 persen), manufaktur (-0,59 persen), aneka industri (-0,55 persen), infrastruktur (-0,9 persen), keuangan (-0,9 persen), perdagangan (-0,58 persen) dan industri dasar (-0,66 persen). Sebagaimana yang terjadi di lantai bursa, nilai tukar rupiah pada sore hari ini ditutup melemah terhadap dollar AS. Mengutip Bloomberg, rupiah diperdagangkan di Rp 13.327 per dollar AS. Sumber: Kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan Equity World Medan - Indeks Dow Jones Industrial Average kembali mencetak rekor baru dengan kenaikan 0,33 persen atau 72,80 poin ke level 21.963,92 dalam penutupan perdagangan Selasa waktu AS atau Rabu (2/8/2017) dini hari waktu Indonesia.
Dua indeks utama lain yang terkoreksi dalam tiga hari pun akhirnya kembali menguji kekuatan. Indeks S&P 500 menguat 0,24 persen ke level 2.476,35. Adapun indeks Nasdaq naik 0,23 persen ke angka 6.362,94. Dalam sebulan terakhir, indeks Dow Jones melompat 2,54 persen. Harga saham Boeing mengontribusi lonjakan terbesar dengan porsi 300 poin terhadap indeks. "Hal ini terutama didorong oleh laporan kinerja yang luar biasa," kata Crit Thomas, global market strategist Touchstone Investment kepada CNBC. Menurut data Thomson Reuters, hingga Selasa, sekitar 72 persen konstituen indeks S&P melaporkan laba yang lebih tinggi ketimbang prediksi. Sedangkan 69 persen melaporkan pendapatan yang lebih tinggi ketimbang estimasi. Data ekonomi yang rilis di AS hari Selasa adalah Institute for Supply Management (ISM) yang melaporkan indeks aktivitas pabrik yang turun ke angka 56,3 bulan Juli dari 57,8 bulan sebelumnya. Angka bulan Juni ini adalah angka tertinggi sejak Agustus 2014. Di sisi lain, belanja konstruksi AS turun 1,3 persen pada bulan Juni menjadi 1,21 triliun dollar AS. Ini adalah angka terendah sejak September 2016. "Penurunan belanja konstruksi ini menyumbang penurunan pada pertumbuhan ekonomi," kata Gregory Daco, chief US economist Oxford Economics di New York kepada Reuters. Sumber: Kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan |
Archives
July 2021
Categories |