Equity World Medan - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) berpeluang melanjutkan penguatan hari sebelumnya. IHSG menguat 0,28 persen ke level 5.829,98 pada penutupan Selasa (5/9/2017).
Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, analis Binaartha Sekuritas mengatakan, berdasarkan indikator daily, MACD masih membentuk pola dead cross di area positif. Sementara itu, stochastic dan RSI masih berada di area netral. Meskipun demikian, terdapat pola bullish pin bar candle yang mengindikasikan adanya potensi bullish continuation pada pergerakan indeks saham. "Dengan demikian, IHSG akan berpotensi menuju ke area level resistance di antara 5851 dan 5873," kata dia. Support pertama dan kedua berada pada level 5.791 dan 5.752. Adapun saham-saham yang perlu dicermati adalah sebagai berikut. ADRO, akumulasi beli pada area level 1.800 – 1.860, dengan target harga secara bertahap di level 1.940 dan 2.000. Support: 1.785 & 1.750. BBNI, akumulasi beli pada area level 7.100 – 7.225, dengan target harga di level 7.325. Support: 7.000. BJTM, akumulasi beli pada area level 680 – 690, dengan target harga secara bertahap di level 720 dan 740. Support: 660. KLBF, akumulasi beli pada area level 1.690 – 1.715, dengan TP di level 1.750. Support: 1.665. SSMS, akumulasi beli pada area level 1.490 – 1.525, dengan target harga secara bertahap di level 1.575 dan 1.635. Support: 1.485 & 1.465. TLKM, akumulasi beli pada area level 4.620 – 4.650, dengan target harga secara bertahap di level 4.730, 4.820 dan 4.970. Support: 4.520. Sumber: Kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan
0 Comments
Equity World Medan - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) DKI Jakarta melaporkan indeks harga konsumen (IHK) pada Agustus 2017 mengalami inflasi 0,13 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan IHK nasional yang mengalami deflasi 0,07 persen.
Namun, angka inflasi DKI Jakarta pada Agustus 2017 lebih rendah dari rata-rata tiga tahun sebelumnya, yakni 0,34 persen secara bulanan (mtm). Meredanya tekanan inflasi di DKI Jakarta terutama disumbang deflasi pada kelompok volatile food (harga pangan bergejolak) dan terkendalinya inflasi inti. "Sementara inflasi pada kelompok administered price mengalami sedikit kenaikan," kata Deputi Kepala Perwakilan BI DKI Jakarta Fadjar Majardi dalam pernyataan resmi, Selasa (5/9/2017). Deflasi pada kelompok volatile food terutama disebabkan koreksi harga pada komoditas yang tergabung pada subkelompok pengeluaran bumbu-bumbuan. Bawang merah, cabai merah dan cabai rawit masing-masing mengalami deflasi 7,18 persen (mtm), 4,74 persen (mtm) dan 9,50 persen (mtm). Pada kelompok administered prices (harga yang diatur pemerintah), komoditas transportasi terutama tarif angkutan udara pada Agustus 2017 tercatat mengalami inflasi. "Di tengah penurunan tarif yang secara umum terjadi pasca-periode Idul Fitri, masih tingginya animo masyarakat DKI Jakarta untuk menggunakan transportasi udara pasca periode Idul Fitri mendorong kenaikan tarif 6,54 persen (mtm)," tutur Fadjar. Selain transportasi, kenaikan inflasi administered price juga disumbang kenaikan harga rokok, terutama rokok kretek filter (2,16 persen mtm) sebagai respon lanjutan dari kenaikan cukai rokok di awal tahun. "Perkembangan kedua komoditas ini menjadi sumber utama lebih tingginya inflasi DKI Jakarta jika dibandingkan dengan inflasi nasional," ujar Fadjar. Memerhatikan pola pergerakan harga-harga komoditas di pasar, tekanan inflasi pada bulan September hingga akhir tahun 2017 diperkirakan akan tetap terkendali. Perayaan Idul Adha diperkirakan tidak diikuti dengan kenaikan harga-harga yang tinggi secara umum. Sumber: Kompas.com PT. Equityworld Futures EWF Medan Equity World Medan - Peredaran kartu kredit menyusut di pertengahan tahun 2017 ini. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan jumlah kartu kredit secara industri berkurang sebanyak 806.180 keping dalam tiga bulan terakhir.
Hitungan berasal dari jumlah kartu kredit yang beredar sebanyak 16,8 juta kartu di Juli 2017 dibandingkan peredaran 17,6 juta kartu di April 2017. Lantas, apa penyebab susutnya peredaran kartu kredit? Berikut dua hal penyebabnya: 1. Pembatasan kepemilikan kartu kredit membuat nasabah menutup kartu yang tidak diperlukan Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, penurunan jumlah kartu kredit karena ada kebijakan regulator yang tidak memperkenankan masyarakat mempunyai kartu kredit dalam jumlah tertentu. Yakni, nasabah dengan pendapatan di bawah Rp 10 juta hanya boleh memiliki kartu kredit dari dua bank penerbit kartu. (Baca: Sri Mulyani Ibaratkan Utang dengan Kartu Kredit) Direktur Ritel PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan juga mengakui, penurunan jumlah kartu kredit karena aturan kepemilikan maksimal kartu kredit. "Sehingga nasabah kartu kredit harus memilih kartu kredit mana yang dipegang dan menutup kelebihan kartu kreditnya," ujar Lani kepada KONTAN, Kamis (31/8/2017). walaupun begitu, aaturan ini tak menghalangi sejumlah bank untuk menggenjot bisnis kartu kreditnya. Misalnya saja CIMB Niaga, yang menargetkan untuk tetap tumbuh. Bank berkode saham BNGA ini menargetkan jumlah kartu kredit tumbuh 10 persen di tahun 2017. CIMB Niaga telah menerbitkan 2,36 juta kartu kredit per Juni 2017. selain itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga menargetkan hal serupa. Direktur Konsumer BRI Randi Anto menuturkan, pihaknya menargetkan menerbitkan 1,6 juta kartu kredit hingga akhir tahun 2017. Saat ini, pemegang kartu kredit BRI mencapai 1,25 juta per Juli 2017. Bank BUMN ini memiliki strategi untuk mencapai target. Di antaranya, BRI akan memaksimalkan kartu baru dengan penjualan silang (cross selling). Serta, menyasar beberapa kota di daerah yang sudah berkembang. 2. Penyusutan karena NPL Selain kebijakan pembatasan jumlah kartu kredit, berkurangnya jumlah kartu kredit juga akibat kredit macet. Sumber KONTAN bilang penurunan jumlah kartu kredit ini karena ada beberapa bank yang terlalu banyak mencetak kartu kredit. "Akibatnya setelah beberapa lama kartu tersebut macet sehingga harus dilakukan hapus buku," ujar sumber KONTAN. Direktur Wholesale Banking PT Maybank Indonesia Tbk Jenny Wiriyanto mengakui, secara industri bank mulai selektif dalam memilih nasabah untuk diakuisisi. Tujuannya, untuk menjaga kualitas kredit dari calon nasabah. Sementara itu, Agus menambahkan, rasio kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) kartu kredit masih dalam jumlah yang wajar. Sumber: Kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan |
Archives
July 2021
Categories |