Equity World Medan - Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menilai berinvestasi dalam produk deposito semakin tidak menguntungkan bagi nasabah. Sebab, ke depan suku bunga deposito akan terus menurun.
"Suku bunga acuan di Indonesia terus turun. Inflasi Indonesia tahun lalu hanya 3 persen sehingga hal ini menyebabkan suku bunga deposito turun dari 7 persen menjadi 6,25 persen. Satu dua tahun ke depan, bunga deposito mengarah ke 5 persen, sehingga investasi di deposito semakin tidak menguntungkan," ujar Kartika dalam sebuah Seminar di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (26/9/2017). Oleh sebab itu, Kartika menyarankan kepada nasabah untuk berinvestasi di produk lain, seperti unit link. "Investasi lain, seperti unit link dan pasar uang bisa menjadi pilihan nasabah," kata dia. Menurut dia, Bank Mandiri juga menyediakan produk-produk investasi untuk nasabah mulai dari yang berisiko tinggi sampai rendah. "Tentunya, ini menjadi pekerjaan rumah kami sebagai penyedia jasa wealth management untuk mampu mengarahkan dan advise nasabah, bagaimana membangun portofolio nasabah. Sehingga mempunyai risk return profile yang sesuai dengan permintaan nasabah," tutur dia. Kartika juga menyatakan, bank yang tergabung dalam Himpunan Bank Negara (Himbara) bakal menurunkan suku bunga deposito secara serentak. Kebijakan ini akan diterapkan dalam waktu dekat. "Kami sepakat akan taruh (suku bunga deposito) di kisaran 6,35 persen, adapun sekarang sekitar 6,75 persen," imbuh dia. Sumber: Kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan Equity World Medan - Bank Indonesia (BI) telah kembali menurunkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,25 persen.
Kebijakan ini diharapkan dapat segera tertransmisi dengan penurunan suku bunga perbankan. Bank sentral pun menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 3,5 persen. Adapun suku bunga lending facility turun 25 basis poin menjadi 5 persen. Terkait penurunan suku bunga acuan tersebut, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo menyatakan, perbankan yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) bakal menurunkan suku bunga deposito secara serentak. Kebijakan ini akan diterapkan dalam waktu dekat. "Kami sepakat akan taruh (suku bunga deposito) di kisaran 6,35 persen dari sekarang 6,75 persen," kata Kartika di Menara Mandiri, Senin (25/9/2017). Pemangkasan suku bunga deposito tersebut, imbuh Kartika, berlaku untuk special rate. Sekedar informasi, special rate adalah suku bunga yang khusus diberikan kepada nasabah dan biasanya lebih tinggi dari suku bunga normal. Suku bunga deposito bank-bank besar yang masuk dalam kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV adalah 6,75 persen. Kartika mengaku, special rate Bank Mandiri untuk deposito saat ini mencapai 80 persen. Namun begitu, Kartika menyatakan belum bisa memastikan kapan penurunan suku bunga ini akan diterapkan. Akan tetapi, ia memastikan kebijakan ini akan mulai berlaku sebelum akhir tahun ini. Meskipun demikian, imbuh Kartika, bank-bank besar harus hati-hati dalam menurunkan suku bunga deposito. Bank harus mencermati suku bunga yang dipatok dan produk simpanan yang ditawarkan bank lain. Ia menyatakan, dengan langkah ini diharapkan biaya dana perbankan dapat turun. Pun akhirnya suku bunga kredit perbankan juga bisa turun. Sumber: kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan Equity World Medan - Efektif per tanggal 25 September 2017, suku bunga acuan Bank Indonesia atau dikenal juga dengan BI Reverse Repo Rate diturunkan dari 4,5 persen menjadi 4,25 persen. Apakah penurunan tersebut memiliki dampak terhadap investasi reksa dana?
Disebut suku bunga acuan, karena informasi tersebut dijadikan oleh perbankan di Indonesia dalam menentukan tingkat suku bunga, mulai dari bunga simpanan seperti tabungan, giro, deposito hingga pinjaman seperti kredit modal kerja, kredit kepemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan, hingga kredit tanpa agunan (KTA). Bagaimana efeknya terhadap reksa dana? Jenis reksa dana apa saja yang terdampak dan apakah positif atau negatif. Secara umum, jenis reksa dana terkena dampak langsung terhadap perubahan suku bunga acuan adalah reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana campuran. Reksa Dana Pasar Uang Penurunan tingkat suku bunga simpanan secara langsung juga akan mempengaruhi reksa dana pasar uang, sebab reksa dana ini melakukan mayoritas melakukan penempatan pada instrumen simpanan perbankan. Penurunan suku bunga perbankan otomatis akan membuat imbal hasil reksa dana pasar uang menurun. Meski demikian, penurunan suku bunga perbankan tidak terjadi serta merta. Penempatan yang dilakukan oleh periode sebelumnya juga memiliki jangka waktu sehingga suku bunga tidak berubah selama belum jatuh tempo. Terkadang masih ada bank menengah kecil tertentu yang memiliki kebutuhan likuiditas yang tinggi sehingga bersedia menawarkan tingkat suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan acuan. Hal ini juga bisa dimanfaatkan oleh manajer investasi pengelola untuk memaksimalkan hasil investasi dengan dikombinasikan penempatan pada instrumen obligasi jangka pendek. Untuk reksa dana pasar uang, penurunan suku bunga acuan akan mengakibatkan penurunan ekspektasi imbal hasil investasi walaupun secara efektif mungkin baru akan terasa tahun depan. Ekspektasi return untuk reksa dana pasar uang yang baru seharusnya akan berkisar antara 4,5 – 5 persen. Reksa Dana Pendapatan Tetap Portofolio utama dari reksa dana pendapatan tetap adalah obligasi. Praktek pada lapangan bervariasi, namun umumnya terdiri dari obligasi pemerintah dan obligasi korporasi dimana obligasi pemerintah lebih dominan karena lebih likuid atau banyak ditransaksikan. Secara teori, penurunan suku bunga maka harga obligasi akan naik, sebaliknya kenaikan suku bunga akan menyebabkan harga obligasi turun. Semakin likuid suatu obligasi, maka harganya akan semakin terdampak dengan perubahan tingkat suku bunga ini. Secara detil, terhadap obligasi yang sudah terbit sebelum kebijakan ini berlaku, secara teori harganya akan mengalami kenaikan. Terhadap obligasi yang “akan” diterbitkan pada masa mendatang, maka ada kemungkinan tingkat kupon yang ditawarkan akan lebih rendah karena biasanya tingkat kupon obligasi mengikuti acuan suku bunga pinjaman. Untuk itu, hingga akhir tahun, diperkirakan akan terjadi kenaikan harga dari reksa dana pendapatan tetap. Sebagai informasi, hingga tanggal 22 September 2017 rata-rata reksa dana pendapatan tetap telah mengalami kenaikan hingga 8, 91 persen. Efek dari kenaikan harga karena perubahan suku bunga acuan ditambah dengan kupon obligasi, seharusnya bisa memberikan potensi peningkatan 2, 5 – 4 persen hingga akhir tahun 2017, tergantung agresivitas manajer investasi dalam pengelolaannya. Sebagai contoh, untuk periode yang sama yaitu year to date hingga 22 September 2017, kenaikan dari reksa dana pendapatan tetap yang dikelola Panin Asset Management yaitu Panin Dana Utama Plus 2 dan Panin Dana Pendapatan Berkala (termasuk dividen) adalah masing-masing 10, 46 persen dan 9,30 persen. Untuk tahun 2018, asumsi tingkat return reksa dana pendapatan tetap seharusnya akan berkisar antara 7 – 9 persen dengan mempertimbangkan tingkat inflasi yang relatif rendah dan terkendali serta suku bunga yang tetap atau berpotensi turun kembali. Reksa Dana Campuran Portofolio reksa dana campuran terdiri dari kombinasi saham, obligasi dan pasar uang (instrumen jangka pendek dengan jatuh tempo < 1 tahun). Dampak dari penurunan suku bunga acuan adalah pada porsi obligasi dan pasar uangnya. Untuk porsi saham, penurunan suku bunga acuan biasanya berdampak positif, tapi lebih ke sektor tertentu seperti perbankan. Sementara itu, penempatan pada sektor perbankan belum tentu sama untuk semua reksa dana campuran sehingga efeknya bervariasi. Selain itu, reksa dana campuran juga memiliki kebijakan alokasi saham, obligasi, dan pasar uang yang berbeda. Ada yang mayoritas terdiri dari saham, ada yang obligasi ada pula yang cenderung berimbang antara ketiga instrumen tersebut. Untuk itu, dampak penurunan suku bunga acuan seharusnya akan sangat bervariasi dan cenderung sulit untuk dibuat perkiraan yang bersifat umum. Yang akan lebih mendapat manfaat dari kebijakan ini adalah reksa dana campuran yang alokasi pada obligasinya lebih banyak. Memahami risiko investasi Meskipun penurunan suku bunga acuan berdampak positif, harga obligasi bukan tidak bisa turun. Ketika kenaikannya sudah terlalu tinggi dan secara valuasi sudah mahal, tetap akan ada potensi penurunan harga obligasi. Untuk itu, salah satu indikator mahal murahnya harga obligasi yang bisa menjadi referensi investor adalah Yield 10 tahun obligasi negara. Secara berkala, informasi mengenai Yield Obligasi negara dikeluarkan oleh Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) yang dapat diakses melalui situs resmi perusahaannya yaitu www.ibpa.co.id Per tanggal 22 September 2017, berdasarkan kurva imbal hasil (Yield Curve), yield 10 tahun untuk Indonesia adalah di kisaran 6,7 persen. Apabila besaran Yield ini sudah lebih kecil dari 6,25 persen atau bahkan di bawah 6 persen, ada kemungkinan valuasinya sudah terlalu mahal. Apabila tidak ada informasi mengenai potensi penurunan suku bunga acuan atau tingkat inflasi yang lebih rendah, investor bisa mempertimbangkan timing tersebut sebagai kesempatan untuk melakukan profit taking. Sumber: Kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan Equity World Medan – Regulator bursa di Amerika Serikat (AS), The Securities and Exchange Commission (SEC), memaparkan adanya peretasan sistem keamanannya yang terjadi sejak 2016.
Peretas diperkirakan menggunakan data curian untuk melakukan perdagangan di bursa AS, atau praktik insider trading. Temuan ini baru terkuak pada bulan lalu. Peretas memanfaatkan celah pada salah satu sistem di bursa, untuk mendapatkan informasi publik. (Baca: Banyak "Hacker", Bagaimana Nasib Data Nasabah di Ditjen Pajak Nanti?) SEC sendiri menyimpan banyak data sensitif dan konfindensial yang bisa digunakan untuk memanipulasi perdagangan di pasar saham. Basis data SEC bernama EDGAR, yang berisi jutaan paparan kinerja perusahaan yang sifatnya rahasia. SEC sebelumnya sudah mengawasi adanya kerentanan sistem EDGAR sejak 2016, tapi baru tahu jika sistem ini diretas pada bulan lalu. (Baca: "Penetration Testing", Posisi Baru di Bank Buat "Hacker") "Intrusi ini bukan untuk mengungkap informasi personal, mempermalukan SEC atau membuat kekacauan sistemik. Namun lebih kepada menarik keuntungan saat perdagangan saham," tulis SEC kepada Reuters. Insiden peretasan SEC ini muncul setelah seminggu sebelumnya, Equifax Inc, perusahaan jasa layanan kredit terbesar di AS, memaparkan bahwa peretas telah mencuri 143 juta data kustomernya dan menyebar kekhawatiran akan kerentanan pasar keuangan di AS. Untuk SEC sendiri, menjadi pertanyaan besar bagaimana lembaga yang didaulat menjadi rumah aman bagi para investor tersebut bisa membiarkan sebuah peretasan terjadi. Namun SEC juga punya sejarah kemenangan melawan penjahat siber dua tahun lalu. SEC berhasil mencokok trader di bursa AS dan sejumlah peretas di Ukraina yang mencuri ribuan siaran pers sebelum diterbitkan. Aksi mereka tersebut mampu mencuri sekitar 100 juta dollar AS secara ilegal. Sumber: Kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan Equity World Medan - Pasca badai Harvey dan Irma yang menghantam beberapa negara bagian di AS, klaim asuransi mulai bermunculan. Di Florida saja, klaim asuransi kerusakan akibat badai Irma sudah mencapai 2 miliar dollar AS.
Hal tersebut dinyatakan oleh regulator perasuransian setempat. Estimasi kerugian yang diasuransikan tersebut berdasarkan data awal di negara bagian tersebut yang dilaporkan perusahaan asuransi kepada Badan Regulasi Asuransi Florida per Minggu (17/9/2017) lalu. Mengutip Reuters, Rabu (20/9/2017), sekitar 88 persen dari total klaim adalah berasal dari pemilik properti residensial. Selain itu, klaim properti komersial mencapai sekitar 3 persen. Badai Irma sendiri merupakan salah satu badai paling kuat di kawasan Atlantik. Pada 10 September 2017 lalu, badai tersebut menyerang AS dengan kekuatan Kategori 4, menewaskan setidaknya 33 orang di Florida saja. Saham-saham perusahaan asuransi yang berpusat di Florida sempat melemah. Saham Heritage Insurance sempat melemah 3,4 persen, sementara saham Universal Insurance melemah 3,8 persen. Adapun saham HCI Inc sempat melemah 2,2 persen dan Federated National melemah 2,6 persen. Selain itu, saham United Insurance juga sempat melemah 1,7 persen. Sumber: Kompas.com PT. Equityworld Futures EWF Medan Equity World Medan - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) pada perdagangan kemarin, Senin (19/9/2017) ditutup menguat 0,21 persen di level 5.884,61. Investor asing masih mencatatkan penjualan bersih (net sell) di seluruh pasar sebesar Rp 280,44 miliar.
Mengutip Kontan, hari ini, Selasa (19/92017) Kresna Securities memprediksi IHSG masih terus berlanjut dalam sideways market di kisaran 5.730-5.900. "Kami memperhatikan pelaku pasar memanfaatkan peluang ini untuk buy-on-weakness, dan ini masih menopang pergerakan IHSG dalam rentang yang relatif sempit," jelas Kresna. Selain itu, tim riset Kresna juga memperkirakan, IHSG masih bergerak terbatas di rentang 5.860-5.900. Sementara itu, Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menuturkan IHSG masih memiliki peluang untuk menguat. Meskipun demikian, saat ini terlihat pola hanging man candle yang mengindikasikan adanya potensi koreksi sehat pada pergerakan indeks saham. "Meski terjadi penguatan namun harus kembali diuji ketahanannya," terangnya dalam riset. Sementara itu, laju rupiah yang mulai berbalik melemah dapat menghalangi potensi kenaikan lanjutan IHSG. Rilis data ekonomi dalam negeri yang stabil diharapkan dapat menjadi katalis positif bagi IHSG untuk dapat melanjutkan penguatannya. Meski juga perlu diwaspadai adanya sebagian pihak lainnya yang memanfaatkan kenaikan tersebut untuk aksi ambil untung. "Tetap cermati berbagai sentimen dan antisipasi sentimen terutama dari berita-berita sektoral dan emiten, yang dapat membuat arah IHSG kembali bervariatif," imbuhnya. Sumber: Kompas.com PT. Equityworld Futures EWF Medan |
Archives
July 2021
Categories |