Equity World Medan - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia ( BEI) Tito Sulistio mengkaji kerja sama dengan bursa saham Dubai, Dubai Financial Market (DFM) untuk membentuk financial hub halal.
Hal itu disampaikan Tito usai pertemuannya dengan DFM di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) pada Minggu (29/10/2017). Sebelumnya, Tito dan rombongan BEI berkesempatan melihat situasi di dalam DFM serta melihat pembukaan bursa tersebut pukul 10.00 waktu setempat. Menurut Tito, DFM siap menjalin kerja sama tersebut. Apalagi, kapitalisasi pasar Indonesia masih sekitar dua kali lebih besar dari bursa Dubai. Kapitalisasi pasar atau market cap bursa saham Indonesia saat ini sekitar 480 miliar dollar AS. Sementara bursa Dubai sekitar 213 miliar dollar AS. Kapitalisasi pasar bursa saham Indonesia dan Dubai tersebut, meski digabung dengan kapitalisasi pasar bursa Malaysia, ternyata masih lebih kecil ketimbang kapitalisasi pasar Google dan Yahoo. "Kalau melihat itu, kenapa harus saling berantem antara bursa? Kenapa tidak kerja sama saja?" kata Tito. Tito belum dapat menjelaskan detil kerja sama antara kedua bursa ini. Sebab dalam dua pekan, tim dari BEI akan kembali ke Dubai untuk membahas detil kerja sama tersebut dan melihat peluang apa yang bisa dilakukan. "Apakah nanti dual listing, atau stock exchange bersama, masih belum tahu," imbuh dia. Tito juga belum bisa memaparkan produk apa saja yang akan dihasilkan lewat kerja sama ini. Dia juga belum bisa memastikan hasil kerja sama ini terlihat dalam waktu dekat. Sebab, kedua bursa masih harus membahas hambatan yang bisa muncul, di antaranya harmonisasi regulasi. Bursa Turki BEI juga menjajaki peluang kerja sama dengan bursa saham negara lain selain dengan Dubai, yakni ke Turki. Jarak Turki sendiri hanya 1 hari perjalanan laut dari Dubai. Meski begitu, Tito bilang belum tentu akan langsung menggandeng Turki bergabung dalam kerja sama BEI dengan bursa Dubai. "Sekarang ketua tim berangkat ke Turki untuk melihat peluang di sana," ujar Tito. Lantas, kenapa BEI tidak mengajak bursa syariah di Malaysia untuk ikut bekerja sama? Tito mengatakan, Malaysia masih satu zona waktu dengan Indonesia. Dia melihat Dubai dengan perbedaan waktu signifikan dengan Indonesia lebih menarik untuk diajak kerja sama. Sumber: Kompas.com PT Equity World Futures EWF Medan
0 Comments
Equity World Medan - PT Bank Central Asia (BBCA) melaporkan dana pihak ketiga meningkat sebesar 16,5 persen year on year (yoy) menjadi Rp 574,4 triliun pada akhir September 2017. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan, pertumbuhan DPK itu ditopang oleh pertumbuhan dana deposito serta rekening giro dan tabungan ( CASA).
"Pertumbuhan dana pihak ketiga ditopang oleh dana deposito yang tumbuh sebesar 36,0 persen yoy menjadi Rp 146,4 triliun. Dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi 74,5 persen terhadap total dana pihak ketiga," kata Jahja, dalam konferensi pers yang diselenggarakan di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Kamis (26/10/2017). Dana CASA tumbuh menjadi Rp 428,0 triliun pada akhir September 2017. Jahja melaporkan, di dalam komposisi CASA, dana giro tumbuh 14,7 persen yoy menjadi Rp 144,7 triliun. Sedangkan dana tabungan meningkat 9,3 persen yoy menjadi Rp 283,3 triliun. Pertumbuhan dana pihak ketiga juga menopang pertumbuhan laba bersih BCA pada kuartal III 2017. Laba bersih meningkat 11,3 persen menjadi Rp 16,8 triliun dari Rp 15,1 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Capaian laba tersebut juga disumbang oleh perolehan pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya tumbuh 5,2 persen menjadi Rp 41,7 triliun pada kuartal III tahun 2017 dari Rp 39,7 triliun pada periode yang sama tahun 2016. Pada akhir September 2017, outstanding portofolio kredit perbankan mencapai Rp 440 triliun, naik 13,9 persen year on year (yoy) didorong oleh segmen korporasi dam konsumer. Kredit korporasi berkontribusi sebesar Rp 161,5 triliun, tumbuh 21,2 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kredit konsumer tercatat sebesar Rp 128,3 triliun, meningkat 20,6 persen yoy. Pada portofolio kredit konsumer, kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh 26,8 persen yoy menjadi Rp 78,8 triliun. Kredit kendaraan bermotor dan kartu kredit masing-masing meningkat 11,4 persen yoy menjadi Rp 38,5 triliun dan 13,4 persen yoy menjadi Rp 11 triliun. Kredit komersial dan UKM tercatat sebesar Rp 150 triliun meningkat 2,4 persen yoy. Pada akhir September 2017, rasio kredit bermasalah alias NPL perbankan berada pada level 1,5 persen. Total cadangan kredit tercatat sebesar Rp 12,8 triliun, meningkat 13,6 persen dibandingkan posisi yang sama tahun 2016. Rasio cadangan terhadap kredit bermasalah sebesar 190,8 persen. Rasio kredit terhadap pendanaan sebesar 74,7 persen dan rasio kecukupan modal atau CAR mencapai 23,6 persen. "Kami mempertahankan posisi dalam bisnis inti perbankan transaksi dan penyaluran kredit, menjaga portofolio kredit yang terdiversifikasi dan sehat, sekaligus mempertahankan posisi Iikuiditas, dan permodalan yang solid. Ke depannya, BCA akan tetap berhati-hati dan mempertahankan pendekatan bisnis secara prudent," kata Jahja. Sumber: Kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan Equity World Medan - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk melaporkan laba bersih pada kuartal III 2017 mencapai Rp 1,4 triliun.
Jumlah tersebut relatif stagnan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang juga sebesar Rp 1,4 triliun. Direktur Utama BTPN Jerry Ng menyatakan, laba perseroan bisa meningkat apabila tidak memperhitungkan investasi baru. “Jika kita tidak memperhitungkan investasi baru, laba korporasi mencapai Rp 1,8 triliun,” kata Jerry dalam pernyataan resmi, Selasa (24/10/2017). Hingga September 2017, BTPN telah menanam investasi sebesar Rp 624 miliar. Angka tersebut meningkat 77 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 353 miliar. Jerry menyatakan, aelama tiga tahun terakhir, BTPN telah menanamkan investasi lebih dari Rp 1,4 triliun untuk mengembangkan dua platform digital. Pihaknya meyakini investasi ini akan memberikan dampak substansial pada perusahaan, khususnya melalui pertambahan signifikan jumlah titik pelayanan nasabah dalam kurun waktu yang singkat. "Terobosan berupa digitalisasi pada proses dan layanan yang kami lakukan untuk menambah jumlah alternative channels pelayanan nasabah telah mempengaruhi dinamika persaingan industri," tutur Jerry. Saat ini, BTPN telah memiliki dua platform digital banking untuk melayani dua segmen yang berbeda. BTPN Wow! diperuntukkan bagi kelompok masyarakat menengah bawah yang selama ini belum tersentuh layanan perbankan. Kedua, platform Jenius untuk segmen kelas menengah yang diperkenalkan ke publik pada Agustus 2016. BTPN Wow! adalah layanan perbankan bagi masyarakat yang memanfaatkan teknologi telepon genggam dan didukung jasa agen sebagai perpanjangan tangan bank untuk meningkatkan jangkauan layanan kepada nasabah di seluruh pelosok Indonesia. Sejak diluncurkan pada Maret 2015 hingga akhir September 2017, BTPN Wow! telah memiliki 4,3 juta nasabah yang dilayani oleh lebih dari 200.000 agen. Sementara itu, Jenius merupakan inovasi digital banking untuk segmen kelompok masyarakat yang identik dengan masyarakat urban dan melek teknologi. Total pendanaan tumbuh 9 persen secara tahunan (yoy) dari Rp 68,8 triliun pada akhir September 2016 menjadi Rp 74,9 triliun pada akhir September 2017. Sejalan dengan pertumbuhan DPK, penyaluran kredit juga tumbuh 5 persen (yoy) dari Rp 62,6 triliun pada akhir September 2016 menjadi Rp 65,8 triliun pada akhir September 2017. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) di level 0,9 persen. Adapun aset BTPN tumbuh 9 persen (yoy) dari Rp 86,1 triliun menjadi Rp 93,8 triliun dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) terjaga di 24,8 persen. Sumber: Kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan Equity World Medan - Beberapa saham penggerak Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) masih layak untuk dikoleksi. Analis berpendapat, beberapa saham ini masih akan jadi penggerak IHSG di kuartal ke empat ini.
Mengutip Kontan, Senin (23/10/2017), saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Corp Tbk (INKP) misalnya yang hingga saat ini sudah mencatatkan kenaikan hingga 385 persen secara year to date (ytd). Anak usaha Sinarmas di bidang pulp and paper ini diprediksi akan mencatatkan kenaikan yang cukup berarti di kuartal IV 2017. "Tadinya investor beranggapan bahwa industri kertas akan mati, namun sekarang, investor melihat dengan horison yang lebih luas seperti pembuatan kardus dari kertas, sehingga masyarakat sadar bahwa hal itu bisa membuat kinerja INKP meningkat." kata Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada, Minggu (22/10/2017). Hal yang sama juga terjadi dengan PT barito Pacific Tbk (BRPT). Dengan berfokus pada penggunaan industri kimia dan memperoleh pendapatan yang cukup baik dari industri ini, BRPT menjadi emiten yang layak untuk dilirik. Begitu pula anak usahanya, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Yang jelas, untuk mempertahankan posisi ini, emiten harus memberikan informasi-informasi sehingga investor tertarik untuk membeli saham-saham milik emiten. Menurut Reza, saham-saham second liner punya peluang untuk merebut posisi penggerak IHSG tersebut lantaran harga saham yang cenderung masih murah. Saham-saham second liner lain di sektor agri contohnya yakni PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) yang lebih murah dibandingkan dengan AALI. Sedikit berita dari perusahaan tersebut saja bisa menjadi penggerak saham emiten yang masih murah tersebut. PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) dan PT Kalbe Farma (Persero) Tbk (KAEF) masih bisa diincar dengan melihat harganya yang masih murah. Selain itu, di sektor komoditas, Reza melihat peluang untuk mengkoleksi saham saham batubara seperti PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) juga PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Saham-saham perusahaan yang baru saja melaksanakan Initial Public Offering (IPO) menurut Reza juga layak untuk diperhatikan melihat pertumbuhan PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS) yang juga sangat baik di pasar. Terkait dengan saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang besar, menurut Reza, mungkin masih akan bisa menjadi penggerak, asalkan perusahaan masih rajin memberikan informasi kepada publik dan tak tersandung dengan informasi yang merugikan emiten tersebut. Sumber: Kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan Equity World Medan - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) ditutup melemah pada akhir perdagangan sore ini, Kamis (19/10/2017).
Indeks tertekan oleh aksi jual asing di lantai bursa. Selain itu, pelepasan saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) secara besar-besaran juga turut berkontribusi terhadap pelemahan IHSG hari ini. Hal inilah yang membuat lantai bursa cukup ramai pada hari ini oleh aksi jual. Pukul 16.00 IHSG ditutup turun sebesar 18,67 poin atau 0,3 persen di posisi 5.910,53. Sebanyak 163 saham diperdagangkan menguat, 171 saham melemah dan 113 saham stagnan. Volume perdagangan mencapai 11,73 miliar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 9,52 triliun. pemodal asing mencatatkan net sell sebesar Rp 462,86 miliar di seluruh pasar dan Rp 236,99 miliar di pasar reguler. Saham-saham yang membebani pergerakan IHSG yakni TLKM (-2,09 persen) ke posisi Rp 4.210 per saham. Kemudian SRIL (-3,46 persen) menjadi Rp 390 per saham, BMRI (-1,41 persen) ke Rp 6.975 per saham dan ASII (-1,55 persen) menjadi Rp 7.925. Sementara itu, saham-saham yang menahan indeks dari pelemahan yakni BBRI (Rp 15.500), BBCA (Rp 20.325) dan WSKT (Rp 2.100). Dari 10 indeks sektoral, ada empat sektor yang menguat dan selebihnya melemah. Sektor-sektor yang menguat yakni pertambangan (2,1 persen), keuangan (0,2 persen), industri dasar (0,29 persen) dan properti (0,54 persen). Sementara itu, sektor yang melemah meliputi konsumer (-1,26 persen), agribisnis (-0,08 persen), manufaktur (-0,95 persen), aneka industri (-1,34 persen), infrastruktur (-0,99 persen) dan perdagangan (-0,49 persen). Bersamaan dengan itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah. Mengutip Bloomberg, rupiah diperdagangkan di Rp 13.515 per dollar AS. Sumber: Kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan Equity World Medan - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Suprajarto menyatakan, perseroan akan menggenjot kinerja bisnisnya pada kuartal IV 2017 ini. Untuk kinerja hingga kuartal III 2017, BRI baru akan mengumumkannya pekan depan.
"Tiga bulan terakhir kami akan terus lakukan upaya untuk bagaimana menjadi lebih baik," ungkap Suprajarto pada konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BRI di Jakarta, Rabu (18/10/2017). Terkait indikator-indikator kinerja keuangan pada kuartal III 2017, Suprajarto belum bisa menjabarkan angka-angka secara terperinci. Pada semester I 2017, BRI mencatat laba bersih sebesar Rp 13,4 triliun, tumbuh 10,4 persen dibandingkan Rp 12,1 triliun pada semester I 2016. Selama periode tersebut, pertumbuhan laba didorong oleh pertumbuhan kredit dari penyaluran dana pihak ketiga ( DPK). Per semester I 2017, BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 687,9 triliun. Angka ini tumbuh 11,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 615,5 triliun. Adapun rasio kredit bermasalah atau non-performing loan ( NPL) gross BRI per semester I 2017 tercatat sebesar 2,34 persen. Pada periode yang sama tahun lalu, NPL gross BRI tercatat sebesar 2,39 persen. DPK tercatat sebesar Rp 768 triliun, tumbuh 12,3 persen dibandingkan Rp 683,7 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sumber: Kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan Equity World Medan - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) pada Senin (16/10/2017) ditutup menguat 0,43 persen ke level 5.949,70.
Meski indeks saham menanjak, para pemodal asing kembali mencatatkan penjualan bersih atau (net sell) sebesar Rp 499,69 miliar. Mengutip Kontan, Selasa (17/10/2017), analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menilai, ada ekspektasi laporan keuangan kuartal ketiga sejumlah emiten positif. Hal inilah yang menopang kenaikan IHSG, khususnya emiten sektor properti, infrastruktur dan konsumer. "Beberapa sektor emiten itu memang didorong estimasi kenaikan laba dan investor mulai mencicil untuk masuk ke sektor tersebut," kata dia, Senin. Sementara itu analis NH Korindo Sekuritas Raphon Prima menambahkan, kenaikan IHSG ditopang oleh pengumuman surplus neraca perdagangan Indonesia yang tertinggi sejak tahun 2011. Selain itu, dia mengungkapkan bahwa sentimen positif berasal dari ekspektasi rilis kinerja emiten di kuartal III-2017. "Terutama setelah salah satu perusahaan konstruksi, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menyampaikan kinerja positif," jelas Raphon. Pekan ini, pelaku pasar menantikan hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia mengenai suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate. Aditya juga menilai adanya potensi bargain hunting untuk sektor-sektor saham yang undervalued seperti sektor konstruksi. Aditya optimistis, IHSG pada hari ini (17/10/2017) kembali menguat di rentang support 5.900 dan resistance 5.970. Adapun Raphon memprediksikan IHSG menguat di level support 5.925 dan resistance 5.967. Sumber: Kompas.com PT Equityworld Futures EWF Medan |
Archives
July 2021
Categories |