PT Equityworld Futures Medan- Aset kripto seperti Bitcoin saat ini trennya sedang naik daun, istilah anak muda Jakarta, lagi hype-hype-nya.
Tentu kita mengetahui, harga aset sekeping Bitcoin terus merangkak naik, belakangan bahkan menyentuh level hampir Rp 700 juta perkepingnya. Salah satu kenaikan tersebut sebagai efek dari sentimen pasar CEO Tesla, Elon Musk yang memborong investasi Bitcoin senilai US$ 1,5 miliar. Kenaikan Bitcoin, ternyata juga diikuti oleh aset-aset kripto lainnya seperti Ethereum, Ripple, Litecoin, IOTA, Dash, dan Dogecoin. Lantas, apa itu Bitcoin dan apakah aman berinvestasi di blockchain seperti ini? COO Tokocrypto dan Chairman Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Teguh Kurniawan menjelaskan, pada dasarnya aset kripto seperti Bitcoin adalah sebuah aset virtual yang di-generate atau ditautkan (hashrate) melalui sebuah blok satu dan blok lainnya atau disebut juga blockchain. Tidak ada aset dasar atau underlying dalam investasi Bitcoin seperti layaknya reksa dana. "Bitcoin tidak mempunyai underlying fisik, tapi punya catatan di blockhain, tidak ada batasan sampai nantinya blok terakhir, Bitcoin punya limited supply 21 juta akan habis atau berakhir," kata Teguh, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia di program InvesTime, Rabu (24/2/2021). Teguh melanjutkan, saat ini investasi aset kripto di Indonesia sudah diawasi oleh PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) sebagai regulator dan Bappebti atau Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi di bawah Kementerian Perdagangan. Oleh sebab itu, masyarakat tak perlu khawatir mengenai risiko yang sering jadi anggapan umum Bitcoin sebagai tempat cuci uang dan pendanaan terorisme. Saat ini juga sudah ada 13 agen pedagang aset kripto yang sudah legal. "Pencucian uang dan pendanaan teroris musuh bersama, kita tidak hanya fokus perdagangan tapi transaksi mencurigakan, jika menemuka wajib melaporkan ke pihak berwenang, Bappebti dan PPATK," ungkapnya. Dia juga menjelaskan, yang membedakan investasi aset kripto, pergerakan harganya memang cenderung volatile dan mengikuti tren pasar. Namun, sejauh pengamatannya, saat ini investasi di aset kripto belum menunjukkan tren penurunan, bahkan cenderung meningkat. Teguh menambahkan, dengan aset kripto ini, peran bank sentral tidak akan tergantikan karena aset Bitcoin sebagai komoditas layaknya emas bukan menjadi alat pembayaran atau nilai tukar. "Peran bank sentral tidak akan tergantikan," jelasnya. Adapun terkait dengan likuiditas, saat ini terbilang cukup melimpah, pasalnya saat ini banyak investor yang berinvestasi di aset kripto dengan volume puluhan triliun. Hanya saja, saat ini, kebijakan investasi uang kripto di Indonesia baru diperbolehkan bagi investor individu belum untuk segmen korporasi. "Sejauh ini tidak ada nasabah kami yang melakukan pengaduan likuiditas yang kurang, Indonesia jadi market potensial bagi aset kripto. Likuiditas besar, tidak perlu khawatir aset akan berhenti posisinya," ujarnya Sumber : cnbcindonesia.com PT Equityworld Medan Equity world Medan Lowongan Kerja Terbaru 2020 Loker EWF Medan
0 Comments
PT Equityworld Futures Medan- Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam melesat Selasa kemarin. Namun, pada perdagangan hari ini, Rabu (24/2/2021), justru mager alias stagnan.
Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, harga emas satuan 1 gram tetap di Rp 938.000/batang, setelah menguat 0,86% kemarin. Satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan juga tetap dilepas Rp 88.012.000/batang atau Rp 880.120/gram. Kemarin emas ini melesat nyaris 1%. Emas Batangan Harga per Batang Harga per Gram 0,5 Gram Rp 519.000 Rp 1.038.000 1 Gram Rp 938.000 Rp 938.000 2 Gram Rp 1.816.000 Rp 908.000 3 Gram Rp 2.699.000 Rp 899.667 5 Gram Rp 4.465.000 Rp 893.000 10 Gram Rp 8.875.000 Rp 887.500 25 Gram Rp 22.062.000 Rp 882.480 50 Gram Rp 44.045.000 Rp 880.900 100 Gram Rp 88.012.000 Rp 880.120 250 Gram Rp 219.765.000 Rp 879.060 500 Gram Rp 439.320.000 Rp 878.640 1000 Gram Rp 878.600.000 Rp 878.600 Harga emas Antam yang stagnan pada hari ini terbilang cukup bagus melihat emas dunia yang kembali terkoreksi pada perdagangan Selasa kemarin. Melansir data Refinitiv, harga emas dunia kemarin melemah 0,2% ke US$ 1.805,06/troy ons. Terkoreksinya harga emas bahkan terjadi setelah ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell, memberikan testimoninya di hadapan Kongres AS. Dalam testimoni tersebut, Powell mengatakan jika inflasi masih lemah dan pemulihan ekonomi masih dipenuhi ketidakpastian. "Perekonomian AS masih jauh dari target inflasi dan pasar tenaga kerja kami, dan kemungkinan memerlukan waktu cukup lama untuk mendapatkan kemajuan yang substansial," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (24/2/2021). Pernyataan tersebut menegaskan jika kebijakan The Fed belum akan berubah dalam waktu dekat, yang membuat kecemasan pasar mereda. Artinya program pembelian aset (quantitave easing/QE) nilainya masih sama sekitar US$ 120 miliar per bulan, kemudian suku bunga rendah 0,25% masih akan dipertahankan hingga tahun 2023. Stimulus moneter dari The Fed tersebut merupakan bahan bakar emas dunia untuk menguat. Tetapi nyatanya, kemarin kembali terkoreksi, bahkan jika melihat ke belakang emas sebenarnya dalam tren menurun. Hal tersebut mengindikasikan emas kurang menarik bagi para pelaku pasar di awal tahun ini Sumber : cnbcindonesia.com PT Equityworld Medan Equity world Medan Lowongan Kerja Terbaru 2020 Loker EWF Medan PT Equityworld Futures Medan- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Selasa (23/2/21). Indeks acuan bursa nasional tersebut menghijau 0,19% ke 6.267,45. Selang 12 menit, IHSG sudah anjlok ke zona merah terkoreksi 0,17% ke level 6244,65.
Nilai transaksi pagi ini sebesar sebesar Rp 1,3 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 51 miliar di pasar reguler. Asing melakukan pembelian di saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 17 miliar dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Rp 13 miliar. Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang dilego Rp 23 miliar dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang dijual Rp 8 miliar. Dari pasar global, Bursa AS ditutup cenderung melemah pada penutupan perdagangan dini hari tadi dimana Nasdaq terkoreksi hingga 2,46% setelah pemerintah AS masih terus berupaya untuk menggelontorkan stimulus fiskal bernilai jumbo. Kombinasi Joe Biden dan Janet Yellen dinilai mampu untuk membawa perekonomian terbesar di dunia tersebut pada Dari sisi moneter, bos The Fed yakni Jerome Powell juga berulang kali menegaskan bahwa pengetatan moneter adalah hal yang prematur untuk dilakukan saat ini. Tapering belum akan dilakukan dan suku bunga tak akan dinaikkan setidaknya untuk kurun waktu dua tahun ke depan. Era suku bunga rendah dan likuiditas yang berlimpah memang saat yang tepat untuk berinvestasi ke aset-aset berisiko seperti saham. Hal inilah yang membuat harga saham-saham di berbagai negara tak terkecuali Indonesia berangsur-angsur pulih Sumber : cnbcindonesia.com PT Equityworld Medan Equity world Medan Lowongan Kerja Terbaru 2020 Loker EWF Medan PT Equityworld Futures Medan-Tahun 2021 diyakini bakal menjadi tahun pemulihan, menyusul dimulainya vaksinasi di berbagai belahan dunia. Pasar modal nasional pun berpeluang kian bergairah, terutama di tengah suntikan likuiditas di pasar.
Sebagai bagian dari pemulihan, berbagai negara terlah menyuntikkan stimulus, yang diharapkan menjadi obat kuat untuk menggulirkan perekonomian ketika pembatasan sosial menghambat pergerakan manusia dan juga aktivitas perekonomian. Selama tahun lalu, pasar modal tertekan besar-besaran dengan koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 5,09% menjadi 5.979,073. Ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang terkontraksi sebesar -2,07%. Untuk tahun ini, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi akan kembali ke lvel pra-pendemi, sebesar 5%. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) agak bersepakat, dengan mematok proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8%. Di tengah proyeksi demikian, Tim Riset CNBC Indonesia memprediksi akhir tahun ini IHSG bisa menembus level 6.700 atau melewati level tertinggi sepanjang masanya di angka 6.693. Dengan demikian, masih ada 400 poin kenaikan yang bakal menanti dalam 10 bulan ini. Setidaknya ada lima katalis positif yang menurut hemat kami bakal mendorong kebangkitan pasar modal dalam negeri ke level all time high (ATH). Pertama, tentunya era suku bunga rendah yang masih akan berlangsung di mana Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan ke level terendah sepanjang sejarahnya pada 3,5%. Dengan dipangkasnya suku bunga, toleransi investor terhadap rasio harga dengan laba perusahaan (price to earning ratio/PE) tentunya akan meningkat, karena investasi di instrumen lain menjadi kurang menarik. Rasio PE IHSG saat ini berada di kisaran 21,53 kali yang masih tergolong murah dengan asumsi suku bunga acuan 3,5% sehingga batas toleransi P/E wajar non (compounded annual growth rate/CAGR) investor adalah sebesar 28,5 kali. Selanjutnya, pemangkasan suku bunga acuan tentu saja juga akan menguntungkan sektor finansial yang menjadi tulang punggung indeks. Perbankan juga diuntungkan dari penghapusan PPnBM mobil di bawah 1.500 ccsertapembebasan uang muka atau (down payment/DP) bagi Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Harapan terahir muncul dari vaksinasi massal yang sudah dilangsungkan di Indonesia, karena pangkal persoalan perekonomian yang menekan pasar modal memang berakar dari faktor fundamental terkait keberadaan pandemi. Berbeda dari pasar modal negara maju, pasar modal nasional bakal mendapatkan berkah tambahan dari terjadinya siklus commodity supercycle di mana harga-harga komoditas akan melesat karena permintaan meonjak sementara pasokan masih terbatas akibat efek corona. Profesor ekonomi terapan di John Hopkins University, Steve Hanke, dalam wawancara dengan Kitco, pada Selasa (22/12/2020), mengatakan komoditas termasuk emas akan memasuki fase supercycle tersebut pada tahun 2021 mendatang. "Supply sangat terbatas, stok rendah, dan ekonomi mulai bangkit dan maju ke depan, harga komoditas akan naik dan memulai supercycle. Saya pikir saat ini kita sudah melihat tanda awalnya," kata Hanke, sebagaimana dilansir Kitco. Indeks saham sektor komoditas dan juga rupiah akan diuntungkan dari kondisi tersebut. Oleh karenanya, kami memperkirakan Mata Uang Garuda akan bertolak dari titik penentu, pada level Rp 13.900/US$. Potensi penguatan rupiah masih terlihat dari pola death cross (perpotongan) rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi tatkala MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200. Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD terhadap IDR, yang artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh. Jika mampu menembus dan bertahan di bawah Rp 13.900/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 13.565/US$ (level terkuat 2020). Penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang penguatan menuju Rp 13.300/US$ hingga Rp 13.150/US$ di tahun 2021. Sementara itu, selama tertahan di atas Rp 14.000/US$, rupiah berisiko melemah dengan resisten kuat di Rp 14.600/US$. Dolar AS secara fundamental memang dalam tren pelemahan menyusul kondisi banjir likuiditas di AS. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan program pembelian aset (quantitative easing/QE) masih akan dijaga sampai pasar tenaga kerja AS kembali normal. Artinya, kebijakan moneter ultra longgar masih akan dipertahankan dalam waktu yang lama. The Fed juga menegaskan akan menambah nilai QE jika perekonomian AS kembali melambat. Di sisi lain, Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan bahwa paket stimulus US$ 1,9 triliun bakal direalisasikan meski bakal berujung pada penambahan inflasi di atas 2%. Di tengah kelebihan likuiditas di negara maju, Omnibus Law akan menjadi kunciyang menarikinvestasi asing di Indonesia terutama di sektor riil. Pelurusan aturan yang tumpang tindih dan karpet merah yang digelar bagi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia akan mempercepat pemulihan ekonomiIndonesia dan secara psikologis berdampak positif di pasar modal. Tren suku bunga rendah di negara maju dan kebijakan moneter ekstra longgar menjadi sentimen positif bagi pasar obligasi nasional. Imbal hasil (yield) Indonesia di level 3,6% atau masih lebih menarik dari dengan negara berkembang lain yang memiliki rating investment grade. Era suku bunga rendah membuat banyak obligasi di dunia mengalami penurunan imbal hasil hingga ke zona negatif. Saat ini, menurut catatan Manulife, sekitar US$17 triliun atau 27% dari total obligasi investment grade masuk dalam zona imbal hasil negatif, level tertinggi dalam sejarah. Era suku bunga rendah juga mendorong investor global untuk berinvestasi di instrumen yang menawarkan tingkat imbal hasil lebih atau dapat memberikan keuntungan yang meyakinkan seperti saham, obligasi negara berkembang dan REITs. Mengutip UBS, pasar modal negara berkembang yang tumbuh pesat (emerging market) masih menarik jika dibandingkan dengan negara maju, sehingga mereka menilai aset berbasis rupiah masih menarik untuk dikoleksi pemodal global. Di tengah kondisi demikian, tidak menutup kemungkinan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun (yang menjadi acuan pasar) turun melewati level psikologis 6% tahun ini, sehingga masih memberikan potensi kenaikan bagi investasi di pasar obligasi. Di tengah kondisi demiikian, pasar modal nasional mendapatkan berkah khusus dengan meningatnya jumlah pemodal ritel, di tengah pertumbuhan dana cair masyarakat karena konsumsi mereka yang terhambat. Namun pada periode yang sama, jumlah investor di pasar modal baik investor saham, obligasi, maupun reksadana, mengalami peningkatan sebesar 56% mencapai 3,87 juta Single Investor Identification (SID). Jumlah ini 4 kali lipat dari angka 4 tahun lalu (2016) sebanyak 894.000. Untuk investor saham sendiri, ada kenaikan jumlah sebesar 53% menjadi sejumlah 1,68 juta SID. Jika dilihat dari jumlah investor aktif (daily trader), hingga 29 Desember 2020 terdapat 94.000 investor atau naik 73% jika dibandingkan dengan akhir tahun lalu. Hal ini mengindikasikan bahwa para pemilik dana tengah mengerem konsumsi mereka, dan menempatkannya pada tabungan bank dan juga investasi. Tren tersebut berpeluang berlanjut berlipat kali jika skenario bullish sebagaimana proyeksi kami mencapai realisasinya Sumber : cnbcindonesia.com PT Equityworld Medan Equity world Medan Lowongan Kerja Terbaru 2020 Loker EWF Medan PT Equityworld Futures Medan-Tahun 2020 menjadi masa kejayaan emas. Harga logam mulia tersebut naik 25%. Namun tahun 2021 baru berjalan dua bulan, harga emas malah terpelanting. Apa yang menyebabkan harga emas drop 6% lebih tahun ini? Masihkah emas menjadi aset yang menarik?
Level US$ 1.950/troy ons menjadi resisten kuat bagi bullion. Di tahun ini, emas tercatat hanya satu kali berada mendekati level tersebut, yakni pada 5 Januari lalu. Setelah itu emas cenderung terkoreksi. Bahkan emas sudah dua kali drop ke bawah US$ 1.800/troy ons. Pertama pada awal Februari dan kedua belakangan ini. Kendati harga emas di pasar spot menguat 0,21% pada perdagangan pagi hari ini, Kamis (19/2/2021), si logam kuning masih di bawah US$ 1.800/troy ons. Pada 09.00 WIB, harga logam mulia emas dibanderol di US$ 1.779/troy ons. Program vaksinasi Covid-19 secara masal yang dilakukan di berbagai negara di dunia menumbuhkan optimisme bahwa ekonomi akan pulih. Walaupun sebenarnya vaksinasi masih jauh dari sasaran target dan kecepatannya berbeda-beda setiap negara. Emas adalah salah satu aset yang banyak dipegang ketika kinerja ekonomi sedang tidak baik. Resesi global yang terjadi di tahun 2020 akibat krisis kesehatan membuat minat investor terhadap aset ini meningkat. Apalagi kebijakan makro yang akomodatif lewat fiskal ekspansif dan moneter ultra longgar membuat pelaku pasar mengantisipasi adanya inflasi yang tinggi. Sebagai aset lindung nilai terhadap devaluasi mata uang emas menjadi primadona. Namun secara perlahan dolar AS mengalami technical rebound setelah tertekan hebat tahun lalu. Perlahan-lahan imbal hasil nominal obligasi pemerintah terutama AS yang bertenor 10 tahun juga naik. Di sepanjang 2020 imbal hasil nominal obligasi pemerintah AS yang juga merupakan salah satu aset minim risiko jatuh ke bawah 1%. Jika inflasi di Paman Sam 1,4% maka imbal hasil riilnya minus 0,4%. Emas sebagai aset tak berimbal hasil menjadi jauh lebih menarik karena opportunity cost memegang bullion menjadi rendah. Namun imbal hasil nominal tersebut sudah mulai terlihat naik. The Fed sebagai otoritas moneter masih akan tetap mempertahankan suku bunga rendah untuk beberapa tahun ke depan. Setidaknya suku bunga di zona effective lower bound (ELB) akan ditahan sampai 2023. The Fed pun masih akan mengguyur sistem keuangan dengan likuiditas melalui program pembelian aset atau yang lebih dikenal dengan kebijakan quantitative easing (QE). Dalam sudut pandang lain, bank sentral paling powerful di dunia itu masih akan terus mencetak uang sehingga aset di neracanya (balance sheet) akan menggembung. Hanya saja risk appetite investor juga ikut membaik. Mereka yang tadinya cari aman lewat emas kini mulai meninggalkan si logam kuning dan beralih ke aset lain yang lebih berisiko dan memberikan cuan lebih tebal. Saham-saham teknologi AS menjadi pilihan. Baru-baru ini primadonanya adalah aset digital seperti cryptocurrency. Harga Bitcoin sebagai salah satunya bahkan tembus rekor tertinggi sepanjang sejarah. Faktor inilah yang membuat harga emas tertekan. Konsensus pasar terpecah soal prospek emas di tahun kerbau logam ini. Ada yang masih bullish karena lingkungan makro yang mendukung. Namun tak sedikit pula yang bearish. Salah satu yang bearish adalah bank investasi global Morgan Stanley. Bank Wall Street tersebut memperkirakan harga emas bisa tembus ke bawah US$ 1.800/troy ons jelang akhir tahun 2021. Ternyata tak butuh waktu lama, di bulan Februari saja harga emas sudah melorot dari level tersebut. Faktor teknikal dan aksi spekulasi pelaku pasar membuat tekanan jual emas meningkat. Harga si logam kuning pun terbebani Sumber : cnbcindonesia.com PT Equityworld Medan Equity world Medan Lowongan Kerja Terbaru 2020 Loker EWF Medan PT Equityworld Futures Medan- Prospek bank digital yang menjanjikan sedang dilirik oleh banyak pihak. Tidak hanya perbankan, tapi juga korporasi, konglomerat hingga perusahaan rintisan alias startup berlomba-lomba untuk menjadi first mover.
Tren membuat bank digital ini sejalan dengan rencana dari regulator mengkonsolidasikan industri perbankan agar lebih kuat dari sisi permodalan. Konsekuensinnya banyak bank-bank kecil, kategori BUKU I, dijual dan dibeli oleh pemodal besar dan konglomerasi. Rasanya tanggung, jika pemilik baru bank-bank kecil itu hanya menambah modal dan mengembangkannya menjadi bank konvensional. Lagi pula, sekarang bukan era-nya lagi berdarah-darah di medan perang yang sudah ramai. Maka pilihannya adalah mengembangkan bank digital. Aksi korporasi caplok mencaplok bank kecil oleh investor kakap sepertinya masih akan berlanjut. Apalagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan, tak ada tawar-menawar lagi soal modal inti bank. Pada akhir Desember 2022, modal inti bank minimal Rp 3 triliun. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Heru Kristiyana, mengatakan sudah tidak ada lagi bank BUKU I karena semuanya sudah memenuhi modal minimum Rp 1 triliun pada akhir Desember 2020 lalu. Dengan demikian seluruh bank tersebut telah naik menjadi Bank BUKU II pada tahun ini. "Bank-bank sudah melakukan berbagai langkah untuk menambah modal, untuk tahapan pertama sudah memenuhi semuanya, pemilik nambah modal, atau ada bank yang visi misinya bagus mereka melakukan IPO," ujar Heru Kristiyana dalam acara Banking Outlook 2021 yang mengambil tema 'Perbankan Jadi Akselerator Pemulihan Ekonomi', Kamis (11/2/2021). OJK juga tak akan meninjau kembali atau menunda kebijakan modal inti bank menjadi Rp 3 triliun pada akhir Desember 2022. Kebijakan penambahan modal ini dilakukan karena ekosistem perbankan yang harus beradaptasi dengan tren digitalisasi yang tentunya memerlukan permodalan yang lebih besar. "Untuk mundur dari modal inti Rp 3 triliun, saya tidak akan lakukan, kita nanti akan membiarkan bank melakukan fungsinya dengan baik," ujar Heru. Heru menilai, bank harus mempunyai modal inti yang cukup kuat sejalan dengan telah terjadinya perubahan perilaku nasabah di era perbankan digital. Oleh sebab itu, dengan penerapan aturan ini, dia berharap bank-bank di Indonesia akan lebih kuat dari sisi permodalannya. Dengan demikian, peran bank dalam menjalankan fungsi intermediasinya bisa lebih baik lagi. "Perubahan perilaku nasabah sudah terjadi, kalau tidak bisa melayani nasabah dengan baik, apakah mereka tidak akan ditinggalkan nasabahnya? Lari ke bank-bank besar, [bank digital] itu suatu keharusan dan saya merasa tidak boleh ditinjau ulang," katanya. Mengacu data Statistik Perbankan OJK sampai dengan November 2020, masih terdapat 8 bank BUKU I. Selanjutnya, ada sebanyak 56 bank BUKU II, 25 bank BUKU III dan 7 bank BUKU IV. Heru juga mengatakan saat ini transformasi digital perbankan sudah menjadi keharusan. Hal ini karena terjadi perubahan perilaku nasabah yang sudah semakin suka melakukan transaksi melalui smartphone yang didorong oleh pandemi Covid-19. "Nasabah tidak mau datang ke bank untuk menarik uang atau buka rekening, itu menjadi suatu yang dikesampingkan. Tren seperti bank melakukan transaksi digital," terang Heru dalam diskusi virtual CNBC Indonesia Banking Outlook 2021 bertajuk "Perbankan Jadi Akselerator Pemulihan Ekonomi", kata Heru. Dari sisi regulator jelas, bahwa bank di masa depan harus punya modal yang kuat. Tentu pemodal besar tak mau rugi, sudah suntik modal besar bisnis harus tumbuh dan bank digital adalah pilihannya, dianggap sebagai masa depan layanan perbankan. Belakangan terdengar desas-desus menyebutkan bahwa Sea Group berencana untuk mengambil alih PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) yang nantinya akan dipermak menjadi bank digital dan akan diintegrasikan ke dalam ekosistem platform e-commerce pesaing Tokopedia dan Bukalapak itu. Namun belum ada kepastian terkait kabar yang beredar. Selain BNBA, saham bank BUKU II lain yang juga bergerak liar dan diisukan masuk radar Sea Group adalah saham PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA). Berbeda dengan BNBA, BACA hanya naik 1,3% pada perdagangan Selasa ini (16/2). Jika kabar soal ketertarikan Sea Group terhadap BNBA dan BACA benar serta kemungkinan nilai akuisisinya juga berada di kisaran median perbankan dua tahun terakhir, maka ada kemungkinan BNBA akan dibeli di harga Rp 1.310/saham. Harga tersebut masih jauh di atas dari harga di pasar pada penutupan sesi I hari ini. Maklum saat ini BNBA masih tergolong ditransaksikan relatif terdiskon di harga 1 kali nilai bukunya. Sementara jika yang ditarget adalah BACA, maka nilai akuisisinya berpotensi di harga Rp 468/saham. Apabila menggunakan asumsi harga akuisisi di level tersebut dan berita yang beredar benar maka tentu saja lebih rendah dari harga yang ada di pasar saat ini. Ke depan para pemain bank digital akan bertambah banyak. Hal ini juga didukung dengan otoritas pengawas perbankan yang tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12/POJK.03/2020. Aturan tentang Konsolidasi Bank Umum yang diteken oleh Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso pada 16 Maret 2020 itu menyebutkan, bank harus memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun tahun ini, Rp 2 triliun pada 2021 dan minimal Rp 3 triliun tahun 2022. Jika mengacu pada aturan tersebut maka baik BNBA dan BACA masih membutuhkan suntikan modal tambahan sekitar Rp 400 - Rp 500 miliar lagi untuk mengejar ketentuan OJK tersebut. Namun bisa saja nilainya jumbo dan lebih dari Rp 1 triliun apabila yang dikejar adalah target di 2022. Ini juga menjadi pertanda sekaligus sinyal di pasar bahwa aksi korporasi perbankan masih akan marak terjadi. Bank-bank yang dituntut untuk memiliki kapasitas permodalan yang kuat harus agresif mendapat suntikan dana dari investor. Kekuatan utama dari bank digital adalah ekosistem. Startup seperti Gojek yang diisukan bakal merger dengan Tokopedia sudah memiliki ekosistem digital yang established karena memang keduanya sudah menjadi pionir dalam 10 tahun terakhir. Kabar aksi korporasi terbaru adalah Gojek mengakuisisi 22% saham PT Bank Jago Tbk (ARTO). Pada Desember lalu Gojek merogoh kocek hampir Rp 2,78 triliun untuk ikut berpartisipasi dalam perlombaan bank digital melalui ARTO. Perusahaan rintisan besutan Nadiem Makariem tersebut masuk ke ARTO di harga yang relatif premium karena membeli ARTO di harga 2 kali dari nilai bukunya. Sebelum Gojek masuk ke ARTO, pada April tahun 2019, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membeli 99,99% saham PT Bank Royal di harga Rp 988 miliar atau 3,1 kali dari nilai bukunya. Tujuan BBCA mengakuisisi Bank Royal juga sama untuk menjadikan entitas anak tersebut menjadi bank digital. Bahkan nama Bank Royal sudah resmi berganti menjadi Bank Digital BCA. Apabila melihat nilai transaksi preseden akuisisi bank-bank yang terjadi belakangan ini maka diperoleh nilai mediannya adalah 2,1 kali dari nilai buku. Bisa dibilang median nilai akuisisi bank di Indonesia tergolong premium. Selanjutnya, ada PT Bank Maspion Tbk (BMAS) yang juga dicaplok bank asal Thailand, Kasikornbank Public Company Limited melalui rights issue diperkirakan akan bernilai sebesar Rp 3 triliun. Pasca pencaplokan, menurut rencana bank ini juga akan dikembangkan menjadi bank digital. Presiden Direktur Maspion Group Alim Markus mengatakan bank terbesar di Thailand ini punya kapasitas pengembangan sistem digital di Bank Maspion, mulai dari perbankan digital hingga sistem pembayaran digital. Pasalnya, Kasikornbank ini dinilai telah memiliki sistem IT yang mumpuni dan bisa diserap oleh Bank Maspion. Ada juga PT Mega Corpora, CT mengakuisisi 73,7% saham PT Bank Harda Intersional Tbk (BBHI) dari PT Hakim Putra Perkasa. Nilai transaksi ditaksir mencapai Rp 500 miliar dengan harga per lembar kurang dari Rp 160 atau hampir 1,5 kali dari nilai bukunya. Aksi korporasi yang dilakukan oleh PT Mega Corpora tersebut telah direstui oleh para pemegang saham BBHI dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan akhir Januari lalu. Para pemegang saham menyetujui pengambilalihan 73,71% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor dalam Perseroan dari PT Hakimputra Perkasa oleh PT Mega Corpora. Selain itu pemegang saham juga merestui perubahan anggaran dasar perseroan dan penunjukan jajaran direksi baru. Di bawah naungan PT Mega Corpora, BBHI akan bertransformasi menjadi bank digital. PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) atau BRI Agro menjadi bank digital kian terang. Perseroan resmi menyampaikan permohonan izin sebagai bank digital ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tak mau ketinggalan, setelah diakuisisi KB Kookmin, PT KB Bukopin Tbk (BBKP) juga bersiap menjadi bank digita. Direktur Utama KB Bukopin Rivan Achmad Purwantono mengatakan perseroan akan melakukan pengembangan pada teknologi informasi khususnya untuk digitalisasi perbankan. Menurutnya, pengembangan teknologi ini akan menjadi titik balik perkembangan digitalisasi Bukopin di semua lini. Pengembangan IT ini menjadi roadmap yang akan disiapkan di 2021 untuk dieksekusi di 2022. Pada awal tahun 2020, PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) melepas 1,2 miliar sahamnya ke publik melalui penawaran perdana (IPO) dengan nilai Rp 174/saham. Nama Bank Amar sebagai pemain di industri bank digital juga sudah tidak asing. Dalam beberapa tahun terakhir AMAR sibuk bertransformasi menjadi bank digital terutama dengan layanan unggulannya yaitu Tunaiku yang berusaha untuk menyasar segmen yang belum dilayani oleh lembaga keuangan formal (underserved segment). Terbaru ada PT Bank Net Syariah Tbk (BANK) yang melantai di bursa saham. Bank ini juga akan menempatkan diri sebagai bank digital. Dengan target yang sama yaitu komunitas masyarakat yang belum tersentuh layanan finansial BANK akan menyasar segmen syariah yang juga memiliki prospek cerah ke depan mengingat Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia. Tidak hanya perbankan dan korporasi besar saja yang melirik prospek bisni perbankan digital, perusahaan-perusahaan rintisan (start up) pun ikut mengakuisisi bank untuk dijadikan bank digital. Pada Maret 2019 start up pinjaman online (fintech) Akulaku melalui PT Akulaku Silvrr Indonesia mengambil alih 5,2% kepemilikan saham PT Gozco Capital di PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB). Dalam private placement yang terjadi akhir Maret 2019, Akulaku menambah kepemilikan sahamnya di BBYB sebesar 8,29% Kepemilikan saham grup fintech asal China tersebut di BBYB terus bertambah seiring dengan tergerusnya porsi kepemilikan PT Gozco Capital dan PT ASABRI (Persero). Kini total kepemillikan saham Akulaku di BBYB menjadi 24,98%. Di bawah kendali Akulaku, BBYB berganti nama menjadi Bank Neo Commerce. Start up lain yang juga mengakuisisi bank adalah Gojek. Lewat unit bisnis keuangannya GoPay, start up decacorn (bervaluasi US$ 10 miliar atau Rp 140 triliun) tersebut mengakuisisi 22% saham Bank Jago dengan nilai transaksi sebesar Rp 2,25 triliun pada Desember tahun lalu. Masuknya Gojek ke Bank Jago membuat harga sahamnya yang sudah melesat tajam semakin terbang. Sejak diakuisisi oleh investor Gojek dan mantan bos BTPN, nilai kapitalisasi pasar ARTO naik sampai ribuan persen dan membuat Jerry Ng masuk ke dalam jajaran 50 orang terkaya di RI versi majalah Forbes. Para start up, perbankan maupun korporasi keuangan tersebut sedang berlomba-lomba untuk membangun ekosistemnya. Akulaku yang mengakuisisi BBYB untuk diintegrasikan dengan model bisnis fintech-nya, mengingat model bisnis pinjaman online di Tanah Air masih membutuhkan peran perbankan. Lanskap kompetisi bank digital akan semakin seru. Aksi caplok mencaplok bank oleh perusahaan rintisan diperkirakan masih akan terjadi. Berdasarkan rumor yang beredar di kalangan pelaku pasar induk usaha perusahaan e-commerce Shopee yaitu Sea Group akan mencaplok salah satu bank di Indonesia. Melansir Straits Times, perusahaan yang berbasis di Singapura tersebut akan mengakuisisi Bank Kesejahteraan Ekonomi dan satu bank lain yang akan dimerger dan menjadi bank digital untuk melayani konsumen Shopee Sumber : cnbcindonesia.com PT Equityworld Medan Equity world Medan Lowongan Kerja Terbaru 2020 Loker EWF Medan PT Equityworld Futures Medan- Saham-saham yang tidak likuid, harga nominal rendah seringkali mudah diangkat sekaligus mudah dibanting. Saham-saham seperti inilah yang sifatnya spekulatif. Jika Anda beruntung maka cuan akan fantastis. Namun jika sebaliknya Anda malah akan kejeblos.
Minggu ini, ada lima saham yang menjadi penghuni kelompok top losers. Data BEI mencatat lima saham ini mengalami penurunan harga hingga 25%. Karakteristik kelima saham ini sama meski berasal dari industri yang berbeda. Semuanya tidak likuid atau volume transaksinya kecil. Saham dengan penurunan harga paling tajam di minggu ini adalah PT Satria Antaran Prima Tbk yang ambles 25%. Genap dua pekan beruntun saham ini ambrol. Saham SAPX merupakan saham yang sangat jarang ditransaksikan. perusahaan yang bergerak di sektor kurir dan logistik ini sekalinya ditransaksikan hanya dalam volume kecil. Saham kedua dengan penurunan terbesar adalah saham PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) yang bergerak di industri kakao dan coklat. Sejak 14 Desember lalu saham COCO cenderung downtrend. Dalam sepekan terakhir nilai kapitalisasi pasar COCO drop 24,3%. Ketiga ada saham PT Superkrane Mitra Utama Tbk (SKRN). Perusahaan yang bergerak di sektor rental alat berat untuk konstruksi ini harga sahamnya dilanda auto reject bawah berhari-hari hingga mengalami penurunan lebih dari 16%. Di pekan lalu padahal harga saham SKRN sempat melonjak dari Rp 720/unit ke Rp 965/unit atau meningkat 34%. Saham yang juga sempat tertidur karena tak ditransaksikan lainnya adalah saham perusahaan PT LCK Global Kedaton Tbk (LCKM). Saham ini drop 16,2% dalam sepekan. Kemudian ada juga saham PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) yang baru melantai di bursa juga drop 14,9% dan disusul oleh saham PT Tifico Fiber Indonesia Tbk (TFCO) yang ambles 14%. Tidak hanya saham-saham dengan kapitalisasi pasar kecil dan tak likuid saja yang ambles. Saham-saham blue chip pun ikut drop di pekan ini. Sebut saja saham Astra International Tbk (ASII) yang ambles 5,65%. Saham perusahaan konglomerat yang didirikan oleh William Soeryadjaya ini anjlok setelah terjadi kejadian tak diinginkan di tol Cipali. Pelemahan saham ASII terjadi setelah kabar dari amblesnya badan jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) di ruas KM 122 pada sekitar pukul 08:30 WIB pada 9 Februari lalu. Astramelalui anak usahanya, PT Astratel Nusantara merupakan pemilikkonsensi jalan tol PT Cikopo-Palimanan (Cipali). Astramembeli ruas tol ini dari sejumlah pemegang saham senilai Rp 2,56 triliun. Pemegang saham sebelumnya adalah, PT Lintas Marga Sedaya (LMS) di PT Baskhara Utama Sedaya (BUS) yang sahamnya dimiliki oleh dua anak usaha SSIA, yaitu PT Karsa Sedaya Sejahtera (KSS) dan PT Nusa Raya Cipta (NRC). Dalam keterangan resmi AstraTol Cipali, dijelaskan kondisi ini akibat dari curah hujan yang tinggi dan terus menerus pada wilayah Jawa Barat, khususnya ruas Tol Cipali. Astra Toll Cipali selaku operator jalan tol sudah berkoordinasi dengan kepolisian setempat untuk rekayasa lalu lintas mulai pukul 1.00 dini hari tanggal 9 Februari 2021. Saham lainnya yang mengalami penurunan tajam adalah saham PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG). Saham yang dikuasai oleh perusahaan investasi Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya ini drop lebih dari 10%. Maklum saham ini mengalami koreksi teknikal setelah menguat signifikan sejak pertengahan Januari lalu. Sementara itu saham yang paling banyak diobral asing di minggu ini adalah saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Asing membukukan aksi jual bersih senilai Rp 342,9 miliar di saham ini. Dalam sepakan nilai kapitalisasi pasar yang dikuasai oleh grup Salim ini ambles 3,75% Sumber : cnbcindonesia.com PT Equityworld Medan Equity world Medan Lowongan Kerja Terbaru 2020 Loker EWF Medan |
Archives
July 2021
Categories |