PT Equityworld Futures Medan- Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) benar-benar mengguncang dunia, perekonomian global merosot bahkan terancam mengalami resesi. Nyaris tidak ada negara yang bebas dari kemerosotan ekonomi, sebabnya penerapan kebijakan karantina wilayah (lockdown) di berbagai negara yang menyebabkan arus transaksi barang dan jasa global tersendat.
Berdasarkan data Worldometer, hingga saat ini virus corona sudah "menyerang" lebih dari 200 negara dan teritori, menjangkiti lebih dari 5 juta orang, dengan 334.621 orang meninggal dunia dan lebih dari 2 juta orang sembuh. Perekomian negara yang terpukul akibat pandemi Covid-19 tentunya membuat mata uangnya terpukul. Kecuali mata uang yang dianggap aset aman (safe haven) nyaris semua mata uang melemah melawan dolar AS. Berikut 5 mata uang yang paling "menderita" akibat pandemi Covid-19, berdasarkan data Refinitiv. Real Brasil Real benar-benar babak belur di tahun ini, ambrol nyaris 30% secara year-to-date (YTD) melawan dolar AS. Brasil kini menjadi hot spot baru penyebaran Covid-19, setelah menduduki peringkat ketiga dunia jumlah kasus terbanyak. Berdasarkan data Worldometer, 21 Mei kemarin ada tambahan kasus per harinya sebanyak 17.564 kasus, sehingga total menjadi 310.921 kasus. Dari total kasus tersebut sebanyak 20.082 orang meninggal dunia, dan 125.960 sembuh. Jumlah kasus Covid-19 di Brasil hanya lebih sedikit dari Amerika Serikat dan Rusia. Akibat pandemi Covid-19, pemerintah Brasil memprediksi perekonomian akan berkontraksi alias minus 4,7% di tahun ini, dan menjadi kemerosotan terbesar dalam lebih dari 1 abad terakhir. Rand Afrika Selatan Nilai tukar mata uang rand Afrika Selatan menduduki tempat kedua mata yang paling boncos di tengah pandemi Covid-19. Sepanjang tahun ini atau secara YTD, rand merosot 21,9% melawan dolar AS. Jumlah kasus Covid-19 di Afrika selatan tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan Brasil, tetapi mata uangnya terpukul keras. Data dari Worldometer menunjukkan jumlah kasus di Afrika Selatan sebanyak 19.137 orang dan berada di urutan ke 34 jumlah kasus terbanyak di dunia. Dari total kasus tersebut, sebanyak 369 orang meninggal dunia, dan 8.950 sembuh. Bank sentral Afrika Selatan baru saja memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 3,75% dan sudah 4 kali melakukan pemangkasan di sepanjang tahun ini guna menopang perekonomian yang merosot akibat pandemi Covid-19. Bank sentral tersebut juga memprediksi perekonomian Afrika Selatan akan berkontraksi alias minus 7% di tahun ini. Peso Meksiko Nilai tukar peso Meksiko merosot 18,4% YTD melawan dolar AS, dan menduduki peringkat ketiga terburuk. Jumlah kasus Covid-19 di tetangga Amerika Serikat ini cukup tinggi, hingga saat ini total kasus mencapai 59.567 orang dan berada di peringkat 16 jumlah kasus terbanyak di dunia. Tingkat kematian atau mortality rate di Meksiko juga tergolong tinggi, dari total tersebut sebanyak 6.510 orang atau 10,9% meninggal dunia. Sementara jumlah pasien yang sembuh sebanyak 40.657 orang. Lembaga pemeringkat Moody's memprediksi perekonomian Meksiko akan mengalami kontraksi sebesar 7% di tahun ini, lebih dalam dari prediksi yang diberikan sebelumnya minus 3,7%. Naira Nigeria Nilai tukar naira Nigeria ambles 15% sepanjang tahun ini melawan dolar AS. Jumlah kasus Covid-19 di Nigeria tergolong rendah, sebanyak 7.016 orang dengan 211 meninggal dunia, dan 1.907 sembuh. Tetapi mata uangnya justru menjadi yang terburuk ke-4 di dunia. Mengutip Reuters, Menteri Keuangan Nigeria, Zainal Ahmed, mengatakan tanpa stimulus fiskal dalam skenario terburuk perekonomian Nigeria akan berkontraksi 8,9% di tahun ini, dan skenario terbaik kontraksi sebesar 4,4%. Tetapi jika stimulus fiskal digelontorkan, ekonomi kontraksi ekonomi diprediksi hanya 0,57%. Peso Kolombia Nilai tukar peso Kolombia melemah 13,8% YTD melawan dolar AS, sementara jumlah kasus Covid-19 di negara tersebut mencapai 18.330 orang. Dari total tersebut sebanyak 652 meninggal dunia, dan 4.431 sembuh. Perekonomian Kolombia diprediksi akan mengalami kontraksi terburuk dalam lebih dari 100 tahun terakhir, dengan tingkat pengangguran mencapai 20%. Bank sentral Kolombia diprediksi akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps ke rekor terendah 2,75% pada pekan depan oleh Reuters. Pemangkasan tersebut akan menjadi yang ketiga secara beruntun, guna menambah likuiditas di perekonomian yang sedang mengetat. Lantas dimana posisi rupiah? Sempat ambles nyaris 20% YTD pada pertengahan Maret lalu ke Rp 16.620/US$, kinerja rupiah jauh membaik. Di bulan April, rupiah mencatat penguatan lebih dari 9%, dan masih berlanjut di bulan Mei. Sehingga secara YTD rupiah kini melemah 5,76% melawan dolar AS. Berdasarkan data Refinitiv, hanya 4 mata uang yang masih menguat melawan dolar AS di tahun ini, pound Mesir, yen Jepang, dolar Hong Kong, dan franc Swiss. Jika dilihat dari posisi teratas mata uang yang menguat tersebut, rupiah berada di urutan ke-16. Lumayan lah.. Sumber : cnbcindonesia.com PT Equityworld Medan Equity world Medan Lowongan Kerja Terbaru 2020 Loker EWF Medan
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
July 2021
Categories |