PT Equityworld Futures Medan-Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Investor bingung karena pandemi virus corona memberi tantangan yang belum pernah ada sebelumnya.
Pada Senin (6/4/2020), US$ 1 setara dengan Rp 16.400 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu atau stagnan. Seiring perjalanan pasar, rupiah masuk jalur merah. Pada pukul 09:08 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 16.450 di mana rupiah melemah 0,3%. Sepanjang minggu kemarin, rupiah melemah 1,86% di hadapan dolar AS. Mayoritas mata uang utama Asia juga terdepresiasi terhadap greenback, tetapi rupiah menjadi terlemah kedua. Rupiah hanya lebih baik dari won Korea Selatan uang melemah nyaris 2%. Mengawali pekan yang baru, tren pelemahan rupiah masih terjadi. Penyebabnya apa lagi kalau bukan penyebaran virus corona alias Coronavirus Desease-2019 (Covid-19). Baca: Rupiah Rasanya Bakal Melemah Hari Ini Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 06:13 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 1.272.115. Dari jumlah tersebut, 69.374 orang meninggal dunia. Virus yang bermula dari Kota Wuhan Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu menyebar dengan sangat cepat. Dalam waktu kurang dari tiga bulan, virus menyebar ke lebih dari 200 negara. Hampir tidak ada tempat yang aman. Gara-gara penyebaran virus corona yang sangat cepat dan masif ini, berbagai negara menerapkan kebijakan pembatasan aktivitas publik. Kantor dan pabrik ditutup, sekolah diliburkan, tempat wisata ditutup, konser dibatalkan, pertandingan olahraga ditiadakan, semua demi mencegah terjadinya kerumunan manusia yang meningkatkan risiko penularan. Upaya ini ditempuh untuk mempersempit ruang gerak virus corona yang menyebar sering intensitas kontak dan interaksi antar-manusia. Namun upaya untuk menyelamatkan nyawa tersebut harus dibayar dengan harga yang tidak murah. Perlambatan Ekonomi Sudah Basi, Resesi Kian Pasti Pembatasan aktivitas masyarakat sama dengan mengerem laju perekonomian. Perlambatan ekonomi sudah basi, sekarang sepertinya risiko resesi sudah semakin tinggi. "Ini adalah krisis yang berbeda dari sebelumnya. Kita sudah lihat perekonomian dunia tidak bergerak, dan sekarang sudah resesi. Ini lebih parah dibandingkan 2008-2009. Sepanjang hidup saya, inilah kegelapan terbesar bagi umat manusia, ancaman bagi seluruh dunia," tegas Kristalina Geogieva, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, juga dikutip dari Reuters. Masalahnya, belum ada yang tahu sampai kapan ini terjadi. Sampai kapan aktivitas masyarakat akan dibatasi demi mencegah penularan virus, sampai kapan dunia harus menunggu ada vaksin pembunuh virus corona, sampai kapan perekonomian mati suri. Tidak ada yang bisa memberikan jawaban pasti. "Sepertinya kita tidak akan melihat pola V-Shaped (kontraksi dalam kemudian pulih dengan cepat) karena benar-benar belum ada langkah signifikan untuk mengatasi penyebab dari semua masalah ini. Proses akan terus berlangsung dan memakan waktu," kata Mike Turvey, Institutional Senior Trading Strategist di TD Ameritrade, seperti dikutip dari Reuters. Semakin social distancing dilakukan maka tingkat keparahan terhadap ekonomi akan semakin dalam. Misalnya, Bank Sentral Uni Eropa (ECB) memperkirakan setiap karantina wilayah alias lockdown berlaku selama empat minggu maka pertumbuhan ekonomi akan menurun 2%. Tekanan besar terhadap perekonomian memang sudah beberapa kali terjadi. Ada krisis Asia 1997-1998, dotcom bubble pada awal dekade 2000-an, krisis keuangan global 2008-2009, hingga ancaman perang dagang AS-China 2018-2019. Namun semua itu terjadi akibat ulah manusia, sehingga bisa dikalkulasi dampak dan seberapa lama tekanan bakal terjadi. Kita bisa tahu apa yang kira-kira akan terjadi esok hari. Virus corona berbeda. Ini bukan pekerjaan manusia, tetapi virus yang belum ada obatnya. Setiap hari virus corona selalu memberi kejutan baru, tidak ada yang tahu apa yang bakal kejadian besok. Dalam Kondisi Tak Pasti, Dolar AS Jadi Primadona Oleh karena itu, jangan heran pelaku pasar begitu reaktif karena setiap pagi pasti ada hal baru. Minimal ada angka jumlah pasien dan korban jiwa yang terus bertambah. Dalam situasi yang seperti ini, ketidakpastian begitu tinggi, tidak banyak investor yang berada mengambil risiko. Hampir semua ingin bermain aman, bahkan sangat aman dengan menggenggam uang tunai. Kepercayaan terhadap aset-aset keuangan berada di titik nadir. Namun yang dipilih para pelaku ekonomi bukan sembarang uang tunai, melainkan dolar AS. Maklum, dolar AS adalah mata uang global yang sangat likuid. Segala urusan mulai dari perdagangan, investasi, pembayaran utang, sampai dividen bisa selesai kalau punya dolar AS. Permintaan dolar AS meningkat, nilainya pun menguat. Pada pukul 07:50 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,1%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini menguat hingga nyaris 5%. Inilah penyebab utama pelemahan rupiah hari ini, dan mungkin sampai beberapa waktu ke depan. Tidak ada yang tahu sampai kapan, karena virus corona selalu memberikan kejutan baru setiap hari Sumber : cnbcindonesia.com PT Equityworld Medan Equity world Medan Lowongan Kerja Terbaru 2020 Loker EWF Medan
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
July 2021
Categories |