PT Equityworld Futures Medan-Dalam sepekan lalu harga batu bara acuan Australia dan Indonesia untuk kontrak yang ramai diperdagangkan cenderung naik. Namun jika dibandingkan dengan awal tahun, harga batu bara masih tertekan dan berpotensi membuat perusahaan batu bara RI kena imbasnya.
Jumat (8/5/2020) harga batu bara termal acuan Newcastle (6.000 Kcal/Kg) ditutup di level US$ 52,9/ton. Sementara untuk harga batu bara acuan Indonesia dengan nilai kalori yang lebih rendah ditutup di US$ 25,59/ton. Harga batu bara dalam sepekan cenderung menguat 2%. Harga batu bara memang merangkak naik dalam sepekan usai jatuh terlalu dalam. Untuk harga batu bara termal yang kontraknya ramai diperdagangkan kini masih berada di rentang harga terendahnya sejak Mei 2016. Pandemi Covid-19 telah membuat banyak negara memilih lockdown untuk mengendalikan penyebaran virus. Konsekuensi dari lockdown adalah penurunan konsumsi listrik terutama untuk aktivitas industri yang mengakibatkan peningkatan stok pasir hitam ini meningkat di berbagai pembangkit listrik. Kenaikan stok ini cenderung membuat permintaan batu bara melemah. Harga batu bara yang anjlok terlalu dalam dan jatuh di bawah US$ 60/ton menjadi ancaman untuk perusahaan-perusahaan batu bara Tanah Air. Dalam kajian terbaru dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) mengungkapkan bahwa kejatuhan harga acuan batu bara akibat pandemi COVID-19 menimbulkan pertanyaan serius mengenai kondisi keuangan produsen batu bara Indonesia. "Harga acuan batu bara Newcastle telah merosot dari harga US$ 70 per ton pada Januari ke US$ 58 per ton," ujar Ghee Peh, penulis laporan dan analis keuangan IEEFA. "Kejatuhan yang drastis ini mungkin terkesan tidak mengancam industri batu bara dunia, namun yang jelas hal ini merupakan pukulan berat bagi pelaku industri asal Indonesia." Ditambah lagi, perusahaan batu bara memiliki kewajiban untuk membayar royalti pada pemerintah Indonesia sebesar 13.5% dari nilai penjualan batu bara. Dengan memperhitungkan kewajiban royalti, maka banyak produsen batu bara RI yang dikaji akan mengalami aliran kas yang negatif. "Mengingat bahwa saat ini harga acuan batu bara berkisar pada rata-rata USD58 per ton pada tahun 2020, perusahaan-perusahaan ini akan mengalami masalah yang cukup serius ketika dihadapkan pada kewajiban membayar royalti. Dengan ini, ada kemungkinan bahwa perusahaan yang terdampak akan mengajukan permohonan untuk moratorium royalti," ujar Ghee. "Jika memang moratorium diberlakukan, maka perlu dipertanyakan apakah akan diberikan kepada semua perusahaan atau hanya perusahaan dengan aliran kas negatif per ton batu bara yang terjual? Apabila memang moratorium royalti diberlakukan kepada seluruh sektor, maka hal ini berpotensi mengurangi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sampai dengan sebesar USD1,26 miliar," kata Ghee. Sumber : cnbcindonesia.com PT Equityworld Medan Equity world Medan Lowongan Kerja Terbaru 2020 Loker EWF Medan
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
July 2021
Categories |