PT Equityworld Futures Medan- Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) atau yang dikenal dengan emas Antam sedang dalam tren menurun di tahun ini.
Dari posisi akhir tahun 2020 hingga hari ini, Selasa (30/3/2021), emas Antam satuan 1 gram merosot 5,6% ke Rp 911.000/batang, dan berada di level terendah dalam 9 bulan terakhir. Sedikit lagi, emas Antam satuan 1 gram ke bawah Rp 900.000/batang, untuk satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan bahkan udah berada di level Rp 85.312.000/batang atau Rp 853.120/gram. Jika dilihat dari rekor tertinggi sepanjang masa di Rp 1.065.000/batang pada 7 Agustus 2020 lalu, emas 1 gram sudah jeblok nyaris 15%. Merosotnya harga emas dunia di tahun ini terbilang cukup menarik, sebab bahan bakar utama untuk menanjak masih ada. Bank sentral AS (The Fed) belum merubah kebijakannya, suku bunga 0,25% masih akan dipertahankan hingga tahun 2023. Sementara QE senilai US$ 120 miliar per bulan juga belum akan dikurangi. Selain itu, pemerintah AS di bawah Presiden ke-46 Joseph 'Joe' Biden sudah menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun. Stimulus moneter dan fiskal tersebut yang membawa emas mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada tahun lalu. Tetapi di tahun ini, meski stimulus masih ada tetapi harga emas justru terus menurun. Kemerosotan harga emas dunia menjadi pemicu jebloknya harga emas Antam. Emas dunia "kalah bersaing" dengan yield obligasi (Treasury) Amerika Serikat (AS). Sepanjang tahun ini, yield Treasury tenor 10 tahun naik 80,9 basis poin ke 1,721%. Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil. Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Sehingga emas menjadi kurang diuntungkan ketika yield Treasury menanjak, sebaliknya saat yield turun maka emas akan mendapat sentimen positif. Selain itu, dolar AS juga masih terus menanjak yang memberikan tekanan bagi emas. Logam mulia ini dibanderol dengan dolar AS, ketika the greenback menguat maka harganya menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaannya berisiko menurun. Meski demikian, kepala ase riil di Wells Fargo, John LaForge, mengatakan harga emas dunia masih berpeluang menguat, bahkan mencapai US$ 2.200/troy ons, yang berarti memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa. Saat ini rekor tertinggi harga emas dunia berada di US$ 2.072,49/troy ons yang dicapai pada 7 Agustus 2020 lalu. LaForge melihat pemicu penguatan emas di tahun ini adalah melambatnya pertumbuhan supply emas. "Supply emas telah berubah dari berlebihan menjadi kurang, Di masa lalu, saat supply berkurang maka harga akan naik tajam," kata LaForge sebagaimana dilansir Kitco, Senin (30/3/2021). Ia juga menunjukkan di tahun 2018, supply emas berlebihan sehingga harganya sulit untuk menguat. Dan jika melihat ke belakang, supply yang berlebihan sudah terjadi sejak 2011, sebab harga emas pada saat itu mencapai US$ 1.900/troy ons naik tajam dibandingkan 10 tahun sebelumnya US$ 250/troy ons, yang membuat produksi emas ditingkatkan. Namun, selepas 2018, permintaan emas menjadi meningkat, dan supply yang menjadi berkurang, sehingga LaForge memprediksi emas akan ikut dalam supercycle komoditas, yakni tren kenaikan harga dalam jangka panjang. Jika harga emas dunia sesuai prediksi LaForge akan mencapai US$ 2.200/troy ons maka harga emas Antam tentunya akan terkerek naik. 1 troy ons setara dengan 31,1 gram, artinya harga ketika mencapai US$ 2.200/troy ons, maka harga emas per gramnya sekitar Rp 1.018.000 (kurs Rp 14.400/US$). Sumber : cnbcindonesia.com PT Equityworld Medan Equity world Medan Lowongan Kerja Terbaru 2020 Loker EWF Medan
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
July 2021
Categories |